Kamis, 08 Maret 2012

KTSP Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

KTSP Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.


B. Tujuan
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas I, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/ aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya 1.1 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
1.2 Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun ataupun menekuk dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
1.3 Mempraktikkan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri

2. Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam berbagai posisi
2.1 Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berdiri
2.2 Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berjalan

3. Mempraktikkan senam lantai sederhana tanpa alat dan nilai yang terkandung di dalamnya 3.1 Mempraktikkan gerak keseimbangan statis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin
3.2 Mempraktikkan gerak keseimbangan dinamis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin

4. Mengungkapkan perasaan melalui gerak berirama dan nilai yang terkandung di dalamnya 4.1 Mempraktikkan gerak bebas berirama tanpa menggunakan musik dan nilai disiplin dan kerjasama
4.2 Mempraktikkan gerak bebas berirama menggunakan musik dan nilai disiplin dan kerjasama
5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan diri yang meliputi kuku dan kulit
5.2 Mengenal pentingnya imunisasi

Kelas I, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya 6.1 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat ke berbagai arah dengan berbagai pola dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, kejujuran, tanggung jawab dan toleransi
6.2 Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun, menekuk dalam permainan sederhana, dan nilai kerjasama, toleransi, kejujuran dan tanggung jawab
6.3 Mempraktikkan gerak dasar menangkap obyek berbagai ukuran dalam permainan sederhana , dan kerjasama, toleransi, kejujuran dan tanggung jawab

7. Membiasakan penampilan sikap tubuh dalam berbagai posisi
7.1 Membiasakan penampillan sikap tubuh dalam posisi diam
7.2 Membiasakan penampilkan sikap tubuh dalam posisi bergerak

8. Mempraktikkan gerakan senam lantai sederhana dan nilai yang terkandung di dalamnya 8.1 Mempraktikkan gerakan senam lantai sederhana, serta nilai percaya diri dan disiplin
8.2 Mempraktikkan gerak peregangan dan pelemasan dalam kegiatan pemanasan sederhana dengan benar serta nilai disiplin

9. Menampilkan perasaan melalui musik dan gerak berirama serta nilai yang terkandung di dalamnya 9.1 Menampilkan gerak bebas berirama diorientasikan dengan arah mengikuti bunyi-bunyian secara individu, serta nilai estetika
9.2 Menampilkan gerak bebas berirama diorientasikan dengan arah menggunakan bunyi-bunyian secara berpasangan/ kelompok kecil, serta nilai estetika
10. Mempraktikkan dasar-dasar pengenalan air dan nilai yang terkandung di dalamnya*) 10.1 Mempraktikkan aktivitas dasar di air
10.2 Mempraktikkan berbagai permainan di air dangkal disertai nilai percaya diri, kebersihan, dan disiplin

11. Mempraktikkan pengenalan lingkungan sekolah melalui aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya***) 11.1 Mempraktikkan pengenalan lingkungan sekolah secara beregu, dan nilai disiplin, kerjasama, dan kebersihan lingkungan
11.2 Mempraktikkan berbagai aktivitas jasmani yang menyenangkan di lingkungan sekolah, dan nilai disiplin, kerja sama dan pola hidup sehat
11.3 Mempraktikkan pemanfaatan makanan dan minuman yang baik

12. Menerapkan budaya hidup sehat 12.1 Menjaga kebersihan gigi dan mulut
12.2 Mengenal makanan sehat


Kelas II, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan variasi gerak dasar melalui permainan dan aktivitas jasmani, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari, lompat yang bervariasi dalam permainan yang menyenangkan dan nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan menghargai diri sendiri
Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun, menekuk lutut dalam berbagai variasi permainan sederhana serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan memahami diri sendiri
1.3 Mempraktikkan gerak dasar melempar, menangkap, menendang dan menggiring bola ke berbagai arah dalam permainan sederhana serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan memahami diri sendiri

2. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
2.1 Mempraktikkan satu jenis bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan tungkai dengan mengikuti aturan
2.2 Mempraktikkan berbagai aktivitas untuk melatih keseimbangan statis dan dinamis, serta nilai disiplin dan estetika
2.3 Membiasakan bergerak dengan benar

3. Mempraktikkan senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 3.1 Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana tanpa menggunakan alat: melompat dan meloncat dengan isyarat ke berbagai arah
3.2 Mempraktikkan senam ketangkasan dengan menggunakan alat sederhana dengan percaya diri
4. Mempraktikkan keterampilan dasar ritmik diorientasikan dengan arah dan ruang dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 4.1 Mempraktikkan gerak ritmik ke depan, belakang ataupun samping secara berpasangan dengan diiringi musik , dan nilai kerja sama
4.2 Mempraktikkan gerak ritmik diorientasikan dengan ruang secara beregu tanpa menggunakan musik, serta nilai disiplin dan kerja sama
5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan rambut, hidung, dan telinga
5.2 Memilih makanan bergizi



Kelas II , Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Mempraktikkan gerak dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
6.1 Mempraktikkan latihan dasar untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot punggung, dengan mengikuti aturan
6.2 Mempraktikkan latihan dasar untuk melatih kelentukan persendian anggota badan bagian atas dengan mengikuti aturan

7. Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
7.1 Mempraktikkan dua bentuk senam ketangkasan: melompat dan berputar 90 derajat saat di udara, melompati benda sesuai dengan kemampuan serta memperhatikan faktor keselamatan
7.2 Mempraktikkan rangkaian gerak senam ketangkasan sederhana: berjalan dan berguling ke depan, memindahkan berat tubuh dari satu titik ke titik yang lain dengan kontrol yang baik

8. Mempraktikkan keterampilan dasar ritmik diorientasikan dengan arah dan ruang dengan menggunakan atau tanpa musik, memiliki pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 8.1 Mempraktikkan keterampilan dasar gerak ritmik yang berorientasi pada arah dan ruang secara berpasangan, menggunakan atau tanpa musik, serta nilai kerjasama, dan disiplin
8.2 Mempraktikkan keterampilan dasar gerak ritmik yang berorientasi pada arah dan ruang secara beregu menggunakan atau tanpa musik serta nilai kerjasama, dan disiplin
9. Mempraktikkan gerak dasar renang, dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya*)
9.1 Mempraktikkan gerak lengan dan tungkai untuk mengangkat tubuh di dalam air
9.2 Mempraktikkan keseimbangan tubuh dan penyelamatan diri di air serta memperhatikan faktor keselamatan diri dan orang lain, serta nilai kebersihan
9.3 Mempraktikkan gerak dasar renang: mengapung, menenggelamkan diri di dalam air, dan bernapas, serta nilai disiplin

10. Mempraktikkan kegiatan jasmani di lingkungan di sekitar sekolah, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya***)
10.1 Mempraktikkan berbagai aktivitas fisik di lingkungan sekolah dan nilai kebersihan, kesehatan dan keselamatan
10.2 Mengikuti rambu-rambu perjalanan di lingkungan sekolah secara beregu dan memperhatikan faktor keselamatan, kerjasama dan disiplin
10.3 Membiasakan menggunakan pakaian dan sepatu yang sesuai
11. Menerapkan budaya hidup sehat 11.1 Menjaga kebersihan tangan dan kaki
11.2 Mengenal cara makan sehat


Kelas III, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan berbagai kombinasi gerak dasar melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
1.1 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak jalan dan lari dalam permainan sederhana, serta aturan dan kerja sama
1.2 Mempraktikkan kombinasi berbagai gerak mengayun, membungkuk dan menekuk dalam permainan sederhana, serta aturan, dan kerja sama
1.3 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar melempar, menangkap dan menendang dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana,serta aturan, dan kerja sama

2. Mempraktikkan aktivitas kebugaran jasmani secara sederhana dan nilai nilai yang terkandung didalamnya 2.1 Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot bahu dan dada secara sederhana serta nilai disiplin
2.2 Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan daya tahan secara sederhana serta nilai disiplin

3. Mempraktikkan gerak senam lantai, senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
3.1 Mempraktikkan keseimbangan dalam bentuk senam lantai dasar, serta nilai keselamatan, disiplin dan keberanian
3.2 Mempraktikkan gerak kombinasi senam ketangkasan dasar, serta nilai keselamatan, disiplin dan keberanian
4. Mempraktikkan gerak dasar melaului aktivitas ritmik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya 4.1 Mempraktikkan gerak dasar mengayun dan menekuk lutut dalam aktivitas ritmik sederhana tanpa musik, serta nilai percaya diri dan disiplin
4.2 Mempraktikkan gerak dasar mengayun dan menekuk lutut dalam aktivitas ritmik sederhana beregu tanpa atau dengan iringan musik, serta nilai percaya diri, disiplin dan kerja sama
5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan pakaian
5.2 Mengenal kebutuhan tidur dan istirahat

Kelas III, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 6.1 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar jalan, lari dan lompat dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggung jawab dan menghargai lawan atau diri sendiri
6.2 Mempraktikkan kombinasi gerak memutar, menekuk lutut, mengayun lengan dan meliukkan badan dengan koordinasi gerak yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama dan menghargai lawan atau diri sendiri
6.3 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar memvoli, memantulkan, menendang, dan mengontrol bola dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, tanggung jawab, menghargai lawan atau diri sendiri, dan bersedia berbagi tempat dan peralatan dalam bermain
7. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 7.1 Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan kelentukan dan kelenturan, serta nilai disiplin, dan keselamatan
7.2 Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan koordinasi gerak, dan nilai disiplin
8. Mempraktikkan senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
8.1 Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana tanpa alat, dan nilai disiplin
8.2 Mempraktikkan senam ketangkasan yang agak kompleks menggunakan alat, dan nilai disiplin,

9. Mempraktikkan gerak ritmik dasar yang berorientasi dengan arah, ruang, dan waktu dengan atau tanpa musik, dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
9.1 Mempraktikkan gerak lokomotor dalam gerak ritmik diorientasikan pada arah, ruang, dan waktu secara individual dengan atau tanpa menggunakan musik, serta nilai percaya diri dan disiplin
9.2 Mempraktikkan gerak lokomotor dalam aktivitas ritmik yang berorientasi pada arah, ruang dan waktu secara beregu dengan atau tanpa menggunakan musik, serta nilai percaya diri,
disiplin dan kerjasama

10. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya dada, dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya*)
10.1 Mempraktikkan gerak dasar meluncur, menggerakkan tungkai, menggerakkan lengan dan nilai kebersihan



10.2 Mempraktikkan cara bernapas renang gaya dada dan nilai kebersihan
10.3 Mengkombinasikan gerakan lengan dan tungkai renang gaya dada dan nilai kebersihan
11. Mempraktikkan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah untuk aktivitas jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya***)
11.1 Mempraktikkan gerak lokomotor dalam mengikuti jejak dan nilai disiplin, kerjasama, memperhatikan faktor keselamatan

11.2 Mempraktikkan pemilihan tempat yang aman untuk bermain di lingkungan sekolah
11.3 Mempraktikkan penjagaan keselamatan diri dan orang lain selama melakukan aktivitas di lingkungan sekitar sekolah, dan nilai kebersihan

12. Menerapkan budaya hidup sehat 12.1 Mengenal bahaya penyakit diare, demam berdarah dan influenza
12.2 Mengenal cara menggunakan peturasan



Kelas IV, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya 1.1 Mempraktikkan gerak dasar dalam permainan bola kecil sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran**)
1.2 Mempraktikkan gerak dasar atletik sederhana, serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin**)
1.3. Mempraktikkan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan kejujuran**)

2. Mempraktikkan latihan untuk meningkatkan kebugaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 2.1 Mempraktikkan aktivitas permainan sederhana untuk melatih daya tahan dan kekuatan otot, serta nilai kerja keras, dan disiplin
2.2 Mempraktikkan aktivitas permainan untuk melatih kelenturan dan koordinasi, serta nilai kerja keras, dan disiplin

3. Mempraktikkan berbagai bentuk latihan senam lantai yang lebih kompleks dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
3.1 Mempraktikkan kombinasi gerak senam lantai tanpa alat dengan memperhatikan faktor keselamatan, dan nilai disiplin serta keberanian
3.2 Mempraktikkan kombinasi gerak senam lantai dengan alat dengan memperhatikan faktor keselamatan, dan nilai disiplin serta keberanian
4. Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur secara beregu tanpa dan dengan menggunakan musik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya 4.1 Mempraktikkan gerak ritmik diorientasikan pada arah, ruang dan waktu secara beregu menggunakan musik,serta nilai estetika
4.2 Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur secara beregu tanpa menggunakan musik, serta nilai estetika
5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah
5.2 Membiasakan membuang sampah pada tempatnya


Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya 6.1 Mempraktikkan gerak dasar berbagai gerakan yang bervariasi dalam permainan bola kecil beregu dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama regu, sportivitas, dan kejujuran**)
6.2 Mempraktikkan gerak dasar berbagai gerakan yang bervariasi dalam permainan bola besar beregu dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama regu, sportivitas, dan kejujuran**)
6.3 Mempraktikkan gerak dasar atletik yang dimodifikasi: lompat, loncat dan lempar, dengan memperhatikan nilai-nilai pantang menyerah, sportifitas, percaya diri, dan kejujuran**)

7. Mempraktikkan latihan kebugaran yang lebih kompleks untuk meningkatkan keterampilan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 7.1 Mempraktikkan aktivitas dan permainan untuk melatih daya tahan dan kekuatan dengan kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran

7.2 Mempraktikkan aktivitas dan permainan untuk melatih kelentukan dan koordinasi dengan kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerja sama, dan kejujuran

8. Mempraktikkan senam lantai dengan kompleksitas gerakan yang lebih tinggi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 8.1 Mempraktikkan senam lantai tanpa menggunakan alat dengan koordinasi yang baik serta nilai kerja sama dan estetika
8.2 Mempraktikkan senam ketangkasan dengan menggunakan alat dengan koordinasi yang baik serta nilai disiplin dan kerja sama

9. Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur secara beregu tanpa dan dengan menggunakan musik, serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya 9.1 Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur (misal SKJ) secara beregu menggunakan musik, serta nilai kerja sama, disiplin dan estetika.
9.2 Memperbaiki kesalahan gerak dalam gerak ritmik terstruktur (misal SKJ) secara beregu menggunakan musik, serta nilai kerja sama,disiplin dan estetika
10. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya bebas dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya *) 10.1 Mempraktikkan gerak dasar; meluncur, menggerakkan tungkai, menggerakkan lengan serta nilai kebersihan
10.2 Mempraktikkan cara bernapas dalam renang gaya bebas
10.3 Mengkombinasaikan gerakan lengan dan tungkai renang gaya bebas
10.4 Mempraktikkan dasar-dasar keselamatan di air
11. Mempraktikkan kegiatan berkemah di lingkungan sekitar sekolah dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya***) 11.1 Mempraktikkan berbagai keterampilan yang sesuai untuk kegiatan perkemahan, serta nilai kerja sama, tanggungjawab, disiplin, dan mengikuti aturan
11.2 Mempraktikkan aktivitas jasmani yang berisi tantangan dalam perkemahan
11.3 Mempraktikkan pola hidup sehat

12. Menerapkan budaya hidup sehat 12.1 Mengenal berbagai upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan
12.2 Menjaga kebersihan lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas




Kelas V, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 1.1 Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi permainan bola kecil, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran**)
1.2 Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi permainan bola besar, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran**)
1.3 Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi atletik, serta nilai semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran**)

2. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya 2.1 Mempraktikkan aktivitas untuk kekuatan otot-otot anggota badan bagian atas, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran
2.2 Mempraktikkan aktivitas untuk kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran
3. Mempraktikkan berbagai bentuk senam ketangkasan dengan kontrol yang baik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 3.1 Mempraktikkan latihan peregangan dan pelemasan yang benar sebelum memulai aktivitas senam,serta nilai percaya diri, dan disiplin
3.2 Mempraktikkan bentuk-bentuk senam ketangkasan dalam meningkatkan koordinasi dan nilai nilai percaya diri dan disiplin


4. Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam gerak ritmik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 4.1 Mempraktikkan pola jalan, lari dan lompat dalam gerak ritmik, serta nilai kerjasama, percaya diri, dan disiplin
4.2 Mempraktikkan kombinasi pola gerak jalan, lari dan lompat dalam gerak ritmik, serta nilai kerjasama, percaya diri, dan disiplin

5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi
5.2 Mengenal berbagai bentuk pelecehan seksual
5.3 Mengenal cara menjaga diri dari pelecehan seksual

Kelas V, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

6.1 Mempraktikkan variasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola besar, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan kejujuran**)
6.2 Mempraktikkan variasi teknik dasar ke dalam modifikasi permainan bola kecil, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan kejujuran**)
6.3 Mempraktikkan variasi teknik dasar atletik yang dimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran**)

7. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 7.1 Mempraktikkan aktivitas untuk kekuatan otot-otot anggota badan bagian bawah, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran
7.2 Mempraktikkan aktivitas untuk kelincahan dengan kualitas gerak yang meningkat , serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran

8. Mempraktikkan berbagai bentuk senam ketangkasan dengan koordinasi yang baik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
8.1 Mempraktikkan sebuah rangkaian gerak senam ketangkasan dengan konsisten, tepat, dan koordinasil yang baik, serta nilai keselamatan, disiplin, dan keberanian
8.2 Mempraktikkan bentuk-bentuk rangkaian gerak senam ketangkasan dengan koordinasi dan kontrol yang baik, serta nilai keselamatan, disiplin, dan keberanian

9. Mempraktikkan kombinasi berbagai gerak dasar dalam gerak berirama dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
9.1 Mempraktikkan kombinasi pola gerak mengayun, menarik, menekuk, meliuk, memutar dalam gerak berirama , serta nilai kerja sama, percaya diri, dan disiplin
9.2 Mempraktikkan satu pola gerak berirama terstruktur dengan konsisten dan lancar serta nilai kerjasama, percaya diri, dan disiplin

10. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya punggung, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya*)
10.1 Mempraktikkan gerak dasar renang gaya punggung: meluncur, menggerakkan tungkai, menggerakkan lengan, serta nilai kebersihan, keberanian dan percaya diri
10.2 Mempraktikkan kombinasi gerakan lengan dan tungkai renang gaya punggung, serta nilai keberanian dan percaya diri

11. Mempraktikkan penjelajahan di linkungan sekitar sekolah, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya***)
11.1 Mempraktikkan pembuatan rencana kegiatan penjelajahan
11.2 Mempraktikkan berbagai keterampilan gerak dalam kegiatan penjelajahan di lingkungan sekolah yang sehat, serta nilai kerjasama, disiplin, keselamatan, kebersihan, dan etika

12. Menerapkan budaya hidup sehat 12.1 Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan
12.2 Mengenal bahaya miruman keras



Kelas VI, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan berbagai gerak dasar permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
1.1 Mempraktikkan gerak dasar salah satu permainan bola kecil dengan koordinasi dan kontrol yang baik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran**)
1.2 Mempraktikkan gerak dasar salah satu permaian bola besar dengan koordinasi dan kontrol yang baik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran**)
1.3 Mempraktikkan koordinasi gerak dasar dalam teknik lari, lempar dan lompat dengan peraturan yangdimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran

2. Mempraktikkan latihan peningkatan kualitas jasmani (komponen kebugaran jasmani), dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
2.1 Mengidentifikasi anggota tubuh yang perlu dilatih untuk memperbaiki postur
2.2 Mempraktikkan berbagai latihan untuk memperbaiki cacat jasmani bukan bawaan, serta nilai keselamatan, disiplin, dan kerja keras
2.3 Mempraktikkan jenis latihan yang sesuai untuk mempertahankan dan memperbaiki postur tubuh, serta nilai keselamatan, disiplin, kerjakeras

3. Mempraktikkan kombinasi senam lantai dan senam ketangkasan dalam bentuk sederhana, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 3.1 Mempraktikkan pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah melaksanakan aktivitas senam

3.2 Mempraktikkan rangkaian senam lantai dan senam ketangkasan dengan gerakan yang lebih halus, jelas dan lancar, serta nilai percaya diri, disiplin dan estetika
4. Mempraktikkan rangkaian gerak ritmik sederhana berpasangan, dan beregu, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 4.1 Mempraktikkan rangkaian gerak ritmik sederhana menggunakan gerak jalan dan lompat secara berpasangan, serta nilai kerja sama, disiplin dan estetika
4.2 Mempraktikkan rangkaian gerak ritmik sederhana beregu dengan kompak, serta nilai kerjasama, disiplin dan estetika

5. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Mengenal bahaya narkoba
5.2 Mengenal cara menghindari bahaya narkoba


Kelas VI, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Mempraktikkan berbagai gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
6.1 Mempraktikkan penerapan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola besar dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas dan kejujuran**)
6.2 Mempraktikkan penerapan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola kecil dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas dan kejujuran**)

6.3 Mempraktikkan pengembangan koordinasi beberapa nomor teknik dasar atletik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai sportivitas, percaya diri dan kejujuran**)

7.Mempraktikkan latihan peningkatan kualitas kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
7.1 Mempraktikkan sikap hidup sehat untuk memelihara kondisi kesehatan
7.2 Mempraktikkan peregangan otot dan pelemasan persendian dengan baik sebelum latihan, serta nilai disiplin.
7.3 Mempraktikkan aktivitas kondisi fisik secara terencana dan sungguh sungguh
7.4 Mempraktikkan aktivitas secara berkelanjuatan dalam rangka meningkatkan kebugaran , serta nilai keselamatan, disiplin dan kerja keras
8. Mempraktikkan kombinasi senam lantai dan senam ketangkasan dalam bentuk sederhana, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
8.1 Mempraktikkan kombinasi gerak senam lantai dan senam ketangkasan dengan konsisten, dan kontrol yang baik, serta nilai keselamatan,disiplin, dan kerjasama
8.2 Mempraktikkan kombinasi bentuk-bentuk senam lantai dan senam ketangkasan dengan koordinasi, dan kontrol yang baik, serta nilai keselamatan, disiplin, dan kerjasama

9. Mempraktikkan rangkaian gerak ritmik sederhana secara berpasangan maupun beregu, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
9.1 Mempraktikkan gerak ritmik sederhana di tempat dengan gerakan membungkuk, menekuk maupun meliuk secara berpasangan dan beregu, serta nilai kerja sama, disiplin, dan estetika
9.2 Mempraktikkan kombinasi gerak ritmik sederhana dengan jalan dan lompat secara berpasangan dan beregu, serta nilai kerja sama, disiplin, dan estetika

10. Mempraktikkan gerak dasar salah satu gaya renang dengan koordinasi gerak yang baik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya*)
10.1 Mempraktikkan gerak dasar meluncur, menggerakkan tungkai maupun lengan renang gaya dada dengan koordinasi gerak yang lebih baik serta nilai keberanian, disiplin, dan kebersihan
10.2 Mempraktikkan cara bernapas salah satu gaya renang, serta nilai keberanian, disiplin, dan kebersihan
10.3 Mempraktikkan kombinasi gerakan lengan dan tungkai dalam renang gaya dada, serta nilai keberanian dan disiplin
10.4 Mempraktikkan dasar-dasar keselamatan di air
11. Mempraktikkan penjelajahan dan perkemahan di alam bebas, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya***)
11.1 Mempraktikkan aktivitas penjelajahan di alam bebas secara sederhana, serta nilai kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan keselamatan
11.2 Mempraktikkan pemasangan kemah bersama, serta nilai kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan keselamatan


12. Menerapkan budaya hidup sehat 12.1 Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba
12.2 Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual

Keterangan
1. *) Diajarkan sebagai kegiatan pilihan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah
**) Materi pilihan, disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang tersedia
***) Diajarkan sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam semester 1 dan atau semester 2
2. Untuk pembinaan peserta didik ynag berminat terhadap salah satu atau beberapa cabang tertentu dapat dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler


E. Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Nasrudin dan Tiga Orang Bijak

Nasrudin dan Tiga Orang Bijak

Pada suatu hari ada tiga orang bijak yang pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak. Sampailah mereka pada suatu hari di desa Nasrudin. Orang-orang desa ini menyodorkan Nasrudin sebagai wakil orang-orang yang bijak di desa tersebut. Nasrudin dipaksa berhadapan dengan tiga orang bijak itu dan di sekeliling mereka berkumpullah orang-orang desa menonton mereka bicara.
Orang bijak pertama bertanya kepada Nasrudin, ”Di mana sebenarnya pusat bumi ini?”

Nasrudin menjawab, ”Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara.”
”Bagaimana bisa saudara buktikan hal itu?” tanya orang bijak pertama tadi.
”Kalau tidak percaya,” jawab Nasrudin, ”Ukur saja sendiri.”
Orang bijak yang pertama diam tak bisa menjawab.
Tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan. ”Berapa banyak jumlah bintang yang ada di langit?”
Nasrudin menjawab, ”Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledai saya ini.”
”Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?”
Nasrudin menjawab, ”Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai itu, dan nanti saudara akan tahu kebenarannya.”
”Itu sih bicara goblok-goblokan,” tanya orang bijak kedua, ”Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai.”
Nasrudin pun menjawab, ”Nah, kalau saya goblok, kenapa Anda juga mengajukan pertanyaan itu, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?”
Mendengar jawaban itu, si bijak kedua itu pun tidak bisa melanjutkan.
Sekarang tampillah orang bijak ketiga yang katanya paling bijak di antara mereka. Ia agak terganggu oleh kecerdikan nasrudin dan dengan ketus bertanya, ”Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, tapi coba saudara katakan kepada saya berapa jumlah bulu yang ada pada ekor keledai itu.” ”Saya tahu jumlahnya,” jawab Nasrudin, ”Jumlah bulu yang ada pada ekor kelesai saya ini sama dengan jumlah rambut di janggut Saudara.”
”Bagaimana Anda bisa membuktikan hal itu?” tanyanya lagi. ”Oh, kalau yang itu sih mudah. Begini, Saudara mencabut selembar bulu dari ekor keledai saya, dan kemudian saya mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka apa yang saya katakan itu benar, tetapi kalau tidak, saya keliru.”
Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tidak mau menerima cara menghitung seperti itu. Dan orang-orang desa yang mengelilingi mereka itu semakin yakin Nasrudin adalah yang terbijak di antara keempat orang tersebut. (dari buku humor sufi II terbitan Pustaka Firdaus)

Maimunah Binti Al-Harits

Dialah Maimunah binti al-Harits bin Huzn bin al-Hazm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah al-Hilaliyah. Saudari dari Ummul Fadhl istri Abbas. Beliau adalah bibi dari Khalid bin Walid dan juga bibi dari Ibnu Abbas.
Beliau termasuk pemuka kaum wanita yang masyhur dengan keutamaannya, nasabnya dan kemuliaannya. Pada mulanya beliau menikah dengan Mas’ud bin Amru ats-Tsaqafi sebelum masuk Islam sebagaimana beliau. Namun beliau banyak mondar-mandir ke rumah saudaranya Ummul Fadhl sehingga mendengar sebagian kajian-kajian Islam tentang nasib dari kaum muslimin yang berhijrah. Sampai kabar tentang Badar dan Uhud yang mana hal itu menimbulkan bekas yang mendalam dalam dirinya.

Tatkala tersiar berita kemenangan kaum muslimin pada perang Khaibar, kebetulan ketika itu Maimunah berada didalam rumah saudara kandungnya yaitu Ummu Fadhl, maka dia juga turut senang dan sangat bergembira. Namun manakala dia pulang ke rumah suaminya ternyata dia mendapatkannya dalam keadaan sedih dan berduka cita karena kemenangan kaum muslimin. Maka hal itu memicu mereka pada pertengkaran yang mengakibatkan perceraian. Maka beliau keluar dan menetap di rumah al-‘Abbas.
Ketika telah tiba waktu yang telah di tetapkan dalam perjanjian Hudaibiyah yang mana Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam diperbolehkan masuk Mekkah dan tinggal di dalamnya selama tiga hari untuk menunaikan haji dan orang-orang Quraisy harus membiarkannya. Pada hari itu kaum muslimin masuk Mekkah dengan rasa aman, mereka mencukur rambut kepalanya dengan tenang tanpa ada rasa takut. Benarlah janji yang haq dan terdengarlah suara orang-orang mukmin membahana,”Labbaikallâhumma Labbaika Labbaika Lâ Syarîka Laka Labbaik…”. Mereka mendatangi Mekkah dalam keadaan tertunda setelah beberapa waktu bumi Mekkah berada dalam kekuasaan orang-orang musyrik. Maka debu tanah mengepul di bawah kaki orang-orang musyrik yang dengan segera menuju bukit-bukit dan gunung-gunung karena mereka tidak kuasa melihat Muhammad dan para sahabatnya kembali ke Mekkah dengan terang-terangan, kekuatan dan penuh wibawa. Yang tersisa hanyalah para laki-laki dan wanita yang menyembunyikan keimanan mereka sedangkan mereka mengimani bahwa pertolongan sudah dekat.
Maimunah adalah salah seorang yang menyembunyikan keimanannya tersebut. Beliau mendengarkan suara yang keras penuh keagungan dan kebesaran. Beliau tidak berhenti sebatas menyembunyikan keimanan akan tetapi beliau ingin agar dapat masuk Islam secara sempurna dengan penuh Izzah (kewibawaan) yang tulus agar terdengar oleh semua orang tentang keinginannya untuk masuk Islam. Dan diantara harapannya adalah kelak akan bernaung di bawah atap Nubuwwah sehingga dia dapat minum pada mata air agar memenuhi perilakunya yang haus akan aqidah yang istimewa tersebut, yang akhirnya merubah kehidupan beliau menjadi seorang pemuka bagi generasi yang akan datang. Dia bersegera menuju saudara kandungnya yakni Ummu fadhl dengan suaminya ‘Abbas dan diserahkanlah urusan tersebut kepadanya. Tidak ragu sedikitpun Abbas tentang hal itu bahkan beliau bersegera menemui Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan menawarkan Maimunah untuk Nabi. Akhirnya Nabi menerimanya dengan mahar 400 dirham. Dalam riwayat lain, bahwa Maimunah adalah seorang wanita yang menghibahkan dirinya kepada Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam maka turunlah ayat dari Allah Tabaraka Ta’ala (artinya) :
“….Dan perempuan mukmin yang menyerahkan diri kepada Nabi kalau Nabi mengawininya sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin….”( al-Ahzab: 50)
Ketika sudah berlalu tiga hari sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian Hudaibiyah, orang-orang Quraisy mengutus seseorang kepada Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengatakan: ”Telah habis waktumu maka keluarlah dari kami”. Maka Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan ramah:
“Bagaimana menurut kalian jika kalian bairkan kami dan aku marayakan pernikahanku ditengah-tengah kalian dan kami suguhkan makanan untuk kalian???!”
Maka mereka manjawab dengan kasar: ”Kami tidak butuh makananmu maka keluarlah dari negeri kami!”.
Sungguh ada rasa keheranan yang disembunyikan pada diri kaum musyrikin selama tinggalnya Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam di Mekkah, yang mana kedatangan beliau meninggalkan kesan yang mendalam pada banyak jiwa. Sebagai bukti dialah Maimunah binti Harits, dia tidak cukup hanya menyatakan keislamannya bahkan lebih dari itu beliau daftarkan dirinya menjadi istri Rasul Shallallâhu ‘alaihi wa sallam sehingga membangkitkan kemarahan mereka. Untuk berjaga-jaga, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak mengadakan walimatul ‘Urs dirinya dengan Maimunah di Mekkah. Beliau mengizinkan kaum muslimin berjalan menuju Mekkah. Tatkala sampai disuatu tempat yang disebut ”Sarfan” yang beranjak 10 mil dari Mekkah maka Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam memulai malam pertamanya bersama Maimunah radhiallaahu ‘anha. Hal itu terjadi pada bulan Syawal tahun 7 Hijriyah.
Mujahid berkata:”Dahulu namanya adalah Bazah namun Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan Maimunah. Maka sampailah Maimunah ke Madinah dan menetap di rumah nabawi yang suci sebagaimana cita-citanya yang mulai, yakni menjadi Ummul Mukminin yang utama, menunaikan kewajiban sebagai seorang istri dengan sebaik-baiknya, mendengar dan ta’at, setia serta ikhlas. Setelah Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menghadap ar-Rafiiqul A’la, Maimunah hidup selama bertahun-tahun hingga 50 tahunan. Semuanya beliau jalani dengan baik dan takwa serta setia kepada suaminya penghulu anak Adam dan seluruh manusia yakni Muhammad bin Abdullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Hingga, karena kesetiaannya kepada suaminya, beliau berpesan agar dikuburkan di tempat dimana dilaksanakan Walimatul ‘urs dengan Rasulullah.
‘Atha’ berkata:”Setelah beliau wafat, saya keluar bersama Ibnu Abbas. Beliau berkata:”Apabila kalian mengangkat jenazahnya, maka kalian janganlah menggoncang-goncangkan atau menggoyang-goyangkan”. Beliau juga berkata:”Lemah lembutlah kalian dalam memperlakukannya karena dia adalah ibumu”.
Berkata ‘Aisyah setelah wafatnya Maimunah: ”Demi Allah! telah pergi Maimunah, mereka dibiarkan berbuat sekehendaknya. Adapun, demi Allah! beliau adalah yang paling takwa diantara kami dan yang paling banyak bersilaturrahim”.
Keselamatan semoga tercurahkan kepada Maimunah yang mana dengan langkahnya yang penuh keberanian tatkala masuk Islam secara terang-terangan membuahkan pengaruh yang besar dalam merubah pandangan hidup orang-orang musyrik dari jahiliyah menuju dienullah seperti Khalid dan Amru bin ‘Ash radhiallaahu ‘anhu dan semoga Allah meridhai para sahabat seluruhnya.

MANAJEMEN ORGANISASI UNTUK MENCAPAI TUJUAN DARI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

MANAJEMEN ORGANISASI UNTUK MENCAPAI TUJUAN DARI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

Sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan organisasi lainnya tidak akan berfungsi secara efisien tanpa adanya beberapa element yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan memberikan petunjuk agar mereka dapat mencapai tujuan yang ada. Element ini dinamakan manajemen.
Manajemen adalah :
 Lem yang mengikat berbagai macam unit dan menyediakan kontrol, komunikasi motivasi dan kepemimpin yang diperlukan untuk meraih sukses/ tujuan.
Untuk melengkapi fungsi manajemen diperlukan struktur.
Struktur adalah :
 Sarana yang menyediakan cara efisiensi dan efektif untuk mengoperasikan dan mengeluarkan berbagai macam kewajiban dan tanggung jawab yang ada di organisasai.
Struktur memberikan penjelasan berbagai macam peranan anggota dari
suatu organisasi yang bermain dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan struktur dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah :
 Membuat sesuatu menjadi mungkin untuk mencapai cita-cita dan tujuan yang dicari oleh pendidikan jasmani dan olahraga.

Tujuan Pendidikan Jasmani Yang Ingin Dicapai
Pembelajaran tentang manusia mengungkapkan empat petunjuk umum atau fase dalam pertumbuhan dan pengembangan yaitu :
a. Perkembangan jasmani
b. Pengembangan syaraf dan otot
c. Perkembangan kesadaran
d. Perkembangan pengaruh emosi sosial


Tujuan Perkembangan Jasmani
Tujuan perkembangan jasmani berjalan dengan aktivitas dari program yang akan membangun kekuatan di dalam masing-masing individu malalui perkembangan dengan berbagai macam sistim organik dari dalam tubuh. Yang Hasilnya dapat menopang upaya penyesuaian diri, untuk memperoleh dan melawan kelelahan.
Berdasar kenyataan yang ada individu akan lebih aktif, tampil lebih baik, dan sehat jika sistim organik dalam tubuh berkembang dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya yang disebut juga dengan tujuan kemampuan jasmani.
Gerakkan otot memberikan peranan dalam perkembangan sistem organik dalam tubuh. Keikutsertaan dalam aktifitas membantu sistim ini berfungsi lebih efisien. Kesehatan juga berhubungan dengan aktifitas otot.
Giat beraktifitas otot juga menghasilkan beberapa keuntungan lain . krotee dan Hatfield menunjukkan berbagai macam aspek kesehatan berhubungan dengan kemampuan jantung dan urat darah, daya tahan pernapasan jantung, komposisi tubuh, kekuatan otot, daya tahan dan tenaga, kelenturan dan relaksasi. Menggambarkan element dasar yang perlu difungsikan.
Penelitian mengungkapkan bahwa komponen ini ketika mengalami perkembangan, dapa memberikan layanan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup. Seperti :
• Hati yang terlatih memberikan makanan yang lebih baik untuk seluruh tubuh.
• Denyut jantung menjadi lebih lambat dan memompa alirah darah per satu gerakkan mengirimkan makanan lebih banyak ke sel-sel.
• Lebih efisien memindahkan sisa makanan dalam pencernaan.
Selama berolahraga, kecepatan jantung yang terlatih meningkat lebih lambat dan mempunyai lebih lama periode beristirahat diantara denyutan, dan setelah berolahraga akan kembali normal jauh lebih cepat. Yang artinya individu yang terlatih dapat bekerja dalam waktu yang lebih lama, mengeluarkan lebih sedikit energi (lebih efisien) dibanding dengan individu yang tidak terlatih. Berpartisipasi dalam kelas pendidikan jasmani memberikan kondisi yang terlatih untuk giat dan aktif dalam hidup yang lebih berkualitas. Oleh sebab itu pendidikan jasmani dapat membantu pengembangan individu yang terlatih untuk bisa hidup lebih sehat
, bahagia, dan produktif.
Tujuan Perkembangan Otot Syaraf

Tujuan perkembangan otot syaraf adalah bersangkutan dengan pengembangan kesadaran diri. Kebiasaan bergerak secara efektif menghasilkan kualitas estetika dalam gerakkan dan perkembangan gerak. Intinya perkembangan kemampuan motorik bersama dengan pengetahuan yang tepat dan adanya pengertian tentang kecakapan dan sikap positif perkembangan itu sendiri beserta kegunaanyaakan memberikan makna. Dengan kata lain gerakkan layak kontrol selama pola hidup dan rutinitas tercermin dalam gerakkan manusia terpelajar.
Gerakkan efektif tergantung pada harmonisasi hubungan kerja antara otot dan susunan syaraf. Di dalam aktifitas pendidikan jasmani fungsi dari gerakkan tubuh yang efisien atau kecakapan gerakkan otot syaraf adalah untuk menyiapkan kemampuan individu menampilkan tingkat keahlian tertentu. Contohnya jika seseorang dapat menendang dan menangkap bola dengan kemampuan efektif maka sepak bola akan menjadi tantangan untuknya. Sedikit individu yang menikmati keikutsertaanya dalam aktifitas dimana mereka hanya mempunyai sedikit keahlian. Oleh sebab itu tujuan pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan semua individu sebisa mungkin mempunyai keahlian jasmani agar para partisipan akan lebih tertarik untuk ikut lebih banyak dan lebih bervariasi dalam perkembangan gerak.
Keuntungan lain dari keahlian otot dan syaraf adalah mengurangi pengeluaran energi, meningkatkan rasa percaya, mempromosikan keanggotaan dan pengenalan serta meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
Tujuan latihan otot dan syaraf juga bermaksud untuk kesehatan dan kegiatan keluar yang bersifat rekreasi. keahlian dalam pendidikan jasmani akan membantu untuk menentukan bagaimana waktu luang akan dimanfatkan. Contohnya jika seorang ungguldalam berenang, sebagian waktu luang mungkin saja dihabiskan di kolam atau danau, atau berusaha mengikuti olahraga air lainnya.
Para pengajar jasmani seharusnya mengembangkan di dalam masing-masing individu suatu pengertian dan apresiasi setiap gerakkan yang dimiliki oleh masing-masing orang. Dengan menyediakan kesempatan kepada para para pelajar untuk mengembangkan keberanian dan menikmati kompetisi yang menyegarkan akan menghasilkan kepuasan maksimal dan kebahagiaan dalam hidupnya. Ini sangat penting untuk mempertimbangkan keseimbangan yang seharusnya ada di setiap program pendidikan jasmani. Melalui keseimbangan yang baik program latihan team, dual, individual dan olahraga sepanjang waktu akan memungkinkan mengembangkan pribadi yang lengkap.

Tujuan Pengembangan Kemampuan Berfikir

Tujuan pengembangan kemampuan berfikir dipengaruhi oleh akumulasi dari pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir dan menterjemahkan pengetahuan.
Pendidikan jasmani memiliki subyek persoalan yang harus mendapat perhatian dengan gerakkan manusia. Pendidikan jasmani adalah salah satu bagian dari pengetahuan yang berakar pada ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan sumber lainnya yang ditera tijemahkan dari sifat dasar gerakkan manusia dan pengaruh yang kuat pada pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing individu atau pada masing-masing kebudayaan.
Aktivitas jasmani h arus dipelajari sebab itu merupakan bagian dari mekanisme intelektual yang diperlukan. Koordinasi meliputi berbagai macam gerakkan yang harus dikuasai dan diadaptasikan ke lingkungan sekitar dimana individu tersebut tinggal. Berjalan, berlari, menyetir mobil, gerakkan ini membutuhkan partisipan untuk berfikir dan berkoordinasi dengan sistim otot. Selanjutnya tipe dari pengetahuan ini dapat diperoleh melalui percobaan, praktek, dan kesempatan.
Pada individu seharusnya tidak hanya belajar tentang koordinasi tapi juga mendapatkan pelajaran tentang aturan-aturan, tekni-teknik dan strategi yang ada di aktivitas jasmani. Contoh permainan bolabasket, partisipan harus tau tentang aturan permainannya, strategi untuk menyerang dan melakukan pertahanan serta taktik yang dipakai di setiap permainan. Pengetahuan tentang keikutsertaan, kepemimpinan, dorongan, kerjasama, kepercayaan diri sendiri, bantuan kepada yang lain, keadaan saling bergantung satu sama yang lain, keamanan, dan pola adaptasi di dalam grup/ team seharusnya juga diberikan disetiap pertemuan kelas/ latihan. Juga dengan pengetahuan kesehatan. Dengan mengumpulkan dari semua pengetahuan ini partisipan di dalam pendidikan jasmani akan mendapatkan arti yang baru. Dan aktivitas kesehatan dan latihan adalah rangkaian untuk tujuan yang pasti.
Para pendidik jamani seharusnya memberikan pengetahuan yang penting secara bertahap dan menginformasikan kepada partisipan dan mendorong mereka untuk bertanya ”mengapa”. Mengapa adalah penting untuk berpartisipasi dalam aktifitas ini. Para pendidik jasmani seharusnya menyiapkan para partisipan lebih banyak kesempatan untuk berpikir. Itu akan memberikan kesempatan pada mereka untuk menentukan pilihan.

Emosi Sosial Mempengaruhi Tujuan Perkembangan

Aktifitas pendidikan jasmani bisa menawarkan kesempatan yang bernilai untuk membuat keputusan jika menejemen yang sesuai telah tersedia. Para pendidik jasmani seharusnya mencari sebanyak mungkin jalan yang baik untuk mempengaruhi kebiasaan manusia. Aturan-aturan permainan biasanya berdasar demokrasi pada hidup.
Aspek lain dari tujuan sosial pendidikan jasmani adalah menjadi dikenali merupakan kebutuhan dari masing-masing individu untuk mengembangkan konsep pribadi secara tepat. Masing-masing individu mempunyai dasar kebutuhan sosial. Hal ini termasuk rasa pribadi (keanggotaan), pengakuan, rasa hormat, dan cinta. Ketika kebutuhan ini bertemu individual menjadi orang yang tenang secara sosial. Ketika mereka tidak saling bertemu karakteristik antisosial dan kelakuan yang negatif mungkin akan berkembang. Contoh, penggertak yang agresif mungkin mencari rasa ingin dihormati.
Semua manusia seharusnya mempunyai pengalaman sukses. Faktor ini dapat direalisasikan melalui pendidikan jasmani. Melalui pertemuan yang sukses dalam aktifitas jasmani, orang-orang mengembangkan konsep pribadi yang positif dan kepuasan di dalam prestasi mereka.
Di dalam lingkungan sosial yang demokratis semua individu harus mengembangkan rasa kerjasama dengan penuh kesadaran. Ini menjadi salah satu tujuan yang paling penting dari program. Individu seharusnya merasa bahwa mereka memiliki group dan mempunyai rasa taggung jawab secara langsung dan menyumbangkan aksi mereka untuk kepentingan group. Aturan untuk sikap sportif, sikap pengikut, sikap kepemimpinan, seharusnya di kembangkan dan dipraktekkan di semua aktifitas yang di tawarkan di dalam program.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor plus yaitu faktor affective. Perkembangan affective meliputi sikap, penghargaan, nilai-nilai dan kepercayaan. Oleh sebab itu pendidikan jasmani seharusnya diperhatikan hal-hal seperti : membantu individu untuk mengembangkan respon yang sehat untuk aktifitas jasmani dan untuk mengakui konstribusi bahwa pendidikan jasmani dapat membuat sehat, penampilan dan pencarian waktu luang yang berguna.

Tujuan Dari Olahraga
Untuk meraih prestasi dari keahlian yang tinggi dan sukses yang bersaing, ini tidak cocok dengan tujuan pendidikan jasmani. Tujuan persaingan olahraga yang tinggi berbeda di dalam respon yang bervariasi untuk masing-masing level pendidikan.

Olahraga Di Sekolah Dasar

Program olahraga di sekolah dasar seharusnya lebih ditekankan pada apa yang bagus untuk anak-anak dan menyediakan kesempatan yang bervariasi untuk pengalaman yang positif. Semua aktifitas olahraga seharusnya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dari masing-masing anak dan tidak hanya berdasar pada berat badan, tingkatan kelas, atau secara berurutan menurut umur.
Program olahraga harus menyediakan berbagai macam perkembangan (jasmani, motorik dan psycho sosial). Aktifitas olahraga termasuk bermain dan karyawisata seharusnya menjadi bagian secara keseluruhan yang terorganisasi dengan baik.

Olahraga Di Dalam Sekolah Menengah Atau Sekolah Menengah Pertama

Program olahraga di sekolah menengah seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan anak laki-laki dan perempuan. Ini adalah periode peralihan dari sekolah dasar ke sekolah menengah atas dan dari masa kanak-kanak kemasa remaja. Ini adalah saat dimana siswa mencoba mengerti tentang tubuh mereka, menambah kebebasan, meraih status sosial, memperoleh rasa percaya diri dan membuat sistim nilai. Ini adalah saat ketika program olahraga dibutuhkan untuk menantang kemampuan dan perluasan ketertarikan dari para siswa. Beberapa tujuan yang berguna di tingkat ini adalah untuk membangun semangat, melatih kedisiplinan pribadi, dan kontrol terhadap diri sendiri.

Olahraga Di Sekolah Menengah Atas

Olahraga di tingkat sekolah menengah atas biasanya sudah menggunakan peraturan permainan yang sesungguhnya. Dan biasanya tujuan olahrga di sekolah menengah atas biasanya diatur oleh masing-masing sekolah sebagai jati diri sekolah tersebut. Dan olahraga di tingkat sekolah menengah atas di gunakan sebagai alat pemersatu kekuatan untuk sekolah dan masyarakat tertentu dalam aktifitas profesi tertentu. Yang akan membantu siswa memiliki keseimbangan hidup.

Olahraga Di Perguruan Tinggi, Universitas, Dan Program Teman Sejawat/ Asosiasi

Sudah berupa program olahraga yang bersaing antar perguruan tinggi/ universitas. Dan sudah mulai memikirkan kepuasan para penonton, atlit, masyarakat dan pelatih. Olahraga di perguruan tinggi menyediakan program olahraga untuk murid yang berbakat menjadi atlit.

Keseluruhan Tujuan Dari Penddikan Jasmani dan Olahraga

Menjelaskan keseluruhan tentang aktivitas jasmani dan rangkaian olahraga memiliki sifat-sifat tradisional yang telah diwujudkan dalam tujuan pendidikan dan seterusnya yang di bentuk di tahun 1918 oleh komisi reorganisasi dari Secondary Education. Yang tertuang dalam tujuh pokok pikiran yaitu :
1. Kesehatan
2. Perintah proses pokok
3. Keanggotaan yang bermanfaat
4. Kecakapan kejuruan
5. Kewarganegaraan
6. Penggunaan waktu luang yang bermanfaat
7. Karakter yang bersifat etic
Tujuan dari organisasi program pendidikan jasmani dan olahraga adalah untuk
menciptakan lingkungan yang terstimulasi dari hasil seleksi pengalaman dan setiap gerakkan dalam respon yang terkonstribusi pada pengembangan yang optimal dari potensi masing-masing individu di dalam setiap fase kehidupan.

Pengembangan Struktur Manajemen Yang Akan Memungkinkan Tujuan-Tujuan Dari Pendidikan Jasmani dan Olahraga Menjadi Sempurna

Setelah tujuan-tujuan dari program pendidikan jasmani dan olahraga telah teridentifikasi, maka struktur mengambil kerangka dengan jalan membagai posisi jabatan, peranan dan tugas, pembagian tugas, fungsi dan hubungannya secara ilustrasi digambarkan. Struktur tersebut menyatakan secara tidak langsung garis komunikasi, koordinasi, kerjasama dan pembuatan keputusan.
Perencanaa, pengembangan, dan struktur organisasi untuk program pendidikan jasmani atau olahraga sangat penting dalam pertanggung jawaban manajemen. Struktur organisasi yang efisien menghasilkan kewibawaan delegasi yang pantas, tugas yang efektif dari tanggung jawab untuk anggota staff, komunikasi yang memadai di antara unit yang bervariasi di dalam organisasi, mengklarifikasi dari tugas yang diberikan, dan moral yang tinggi diantara masing-masing anggota staff. Semua ini adalah faktor yang menentukan akankah tujuan organisasi dapat dicapai.

Dasar-dasar Manajemen Struktur Organisasi

Para ahli dari berbagai area telah mengembangkan dasar-dasar di dalam manajemen organisasi yang efektif. Beberapa asas paling penting meliputi struktur manajemen dari suatu organisasi seharusnya menjelaskan kebijakkan dan tanggung jawab masing-masing delegasi. Agar tujuan-tujuan dari organisasi dapat bertemu secara efisien dan sukses, dan jelas pembagiannya untuk menghindari kebijakan yang bersamaan (kebijakkan yang sama).
Manajemen yang sukses tergantung pada komunikasi. Komunikasi sangat penting untuk manajemen yang efektif karena ini membantu menghindari duplikasi dan hal yang tidak perlu antara pengurus dan stafnya.
Untuk mencapai tujuan organisasi harus menampilkan banyak perbedaan tugas yang mengenalkan kemampuan dari berbagai macam spesialis area. Kebijakkan harus sepadan dengan tanggung jawab, dan garis kebijakkan harus jelas tergambar. Suatu grafik bagan organisasi adalah digunakan untuk mengilustrasikan garis kebijakkan. Garis ini harus menjadi jelas dan tidak menimbulkan kerancuan.

Menerjemahkan Struktur Manajemen Ke Dalam Bentuk Grafik (Bagan Organisasi)

Salah satu tipe dari struktur manajemen adalah menyiapkan langkah selanjutnya dalam bentuk grafik, ini akan mudahdimengerti oleh anggota organisasi dan oleh individu lain yang tertarik.
Peterson dan Asosiasinya menggaris bawahi 6 langkah prosedur untuk mengembangkan grafik organisasi. Yaitu :
a. Mengidentifikasi tujuan dari organisasi
b. Menyusun tujuan-tujuan kedalam unit fungsional yang lebih berarti
c. Menyusun identifikasi unit yang fungsional ke dalam unit managemen yang penting
d. Menyiapkan bentuk struktur organisasi dan menampilkan percobaan
e. Meninjau kembali bentuk grafik dilihat dari masukkan yang diterima
f. Mengevaluasi tujuan akhir

Garis dan Staf Organisasi
Tipe yang paling biasa dalam bagan organisasi adalah garis dan grafis staf (gm 2.1). Seorang yang ada di posisi garis mempunyai tanggung jawab langsung dan kebijakkan untuk tujuan yang lebih spesifik.


Formal dan Informal Struktur Organisasi
Teori struktur organisasi menyatakan :
1. Harus ada kebutuhan organisasi untuk tetap eksis
2. Organisasi harus mengetahui tujuannya dan mencoba untuk meraihnya
Untuk melengkapi tujuan ini, struktur yang harus menyediakan dan manajemen yang memungkinkan untuk merencanakan dan membuat keputusan. Yang dapat ditampilakan baik formal maupun informal.

Organisasi Formal
Organisasi formal berdasar pada struktur kerja yang hirarki, dengan tugas yang diberikan oleh manajer untuk sub ordinat, cocok dengan tugas hirarki dan jaringan kerjasama dan komunikasi (gm. 2.2)
Organisasi formal dikerjakan karena menyediakan gambara yang jelas tentang posisi-posisi yang ada dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.

Informal Organisasi
Organisasi informal menyadari banyak hubungan yang ada tidak dapat diilustrasikan ke dala grafik organisasi. Dengan kata lain dalam hubungan informal dimana banyak ide muncul , produktifitas diraih, kerjasama, royalti dan moral yang tinggi berkembang tidak dapat di munculkan dalam grafik organisasi (gm. 2-3).
Teori modern dari struktur organisasi mengidentifikasikan bagian yang jauh dari struktur organisasi formal. Salah satu aspek dalam organisasi informal adalah adalah formasi sub group.

Struktur Manajemen untuk Program Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Struktur manajemen dikerjakan untuk program pendidikan jasmani dan olahraga disekolah-sekolah menyesuaiakan dan dimodifikasi untuk dapat disesuaikan dengan masing-masing individu pendidikan jasmani


Struktur Organisasi di Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah Dasar, Menengah dan Sekolah Tingkat Dua
Tiap sekolah mempunyai manajemen dasar yang kebijakkan disesuiakan dengan masing-masing daerah dimana sekolah tersebut berada. Dan dipilih personel tertentu untuk menjalankan kewajiban yang penting untuk kesuksesan operasional sekolah di daerah tersebut. Aturan yang dikembangkan legal , keuangan dalam hubungan kerja yang resmi juga akan mendukung biaya pendidikan. Kunci manajemen personalia akan mengeluarkan misi dari sekolah dengan memuat sistim pengawas sekolah, eksekutif direktur, asas/ dasar, dan para pemimpin (gm. 2.4)

Pengawas Sekolah
Mempunyai manajemen yang bertanggung jawab pada program sekolah. Posisi pengawas sekolah biasanya juga ada di dalam sekolah yang lebih kecil. Mereka juga bertanggung jawab untuk beberapa sekolah di dalam area geografi yang sama.
Tugas pengawas sekolah memperkenalkan aturan-aturan dalam sekolah dan bertindak sebagai pemimpin dalam masalah pendidikan dalam masyarakat dan juga menyediakan papan pendidikan dengan saran profesional yang diperlukan dalam menjalankan organisasi.

MANUSIA DAN PENDIDIKAN

MANUSIA DAN PENDIDIKAN
"ZULKIFLI LAMUSU"

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Secara sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan adalah satu proses pendewasaan terhadap manusia, dikatakan demikian, karena dengan pendidikan manusia akan lebih bijaksana dalam berpikir, memandang dan menentukan masa depannya. Di samping itu banyak juga orang yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai kebudayaannya.
Istilah pendidikan, dalam bahasa Inggris “Education” berakar dari bahasa latin “Educare” yang dapat diartikan yaitu pembimbingan berkelanjutan (to lead forth). Jika diperluas maka secara epitemologis mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Berlangsungnya pendidikan pada manusia tertuju pada dua hal, yaitu ada yang dididik dan ada pula yang mendidik, kedua hal tersebut tercipta karena manusia mahluk unik yang dibentuk oleh tiga hal, yaitu cipta, rasa, dan karsa, dan ke tiga hal yang telah membentuk manusia menjadi mahluk berpendidikan tersebut, dimotori oleh yang namanya kebudayaan.
Kebudayaan pada intinya tidak lepas dari eksistensi manusia dalam mencari jati dirinya melalui proses pendidikan, karena kebudayaan adalah akar dari pembentukan karakter manusia dalam menjalani pendidikan.
Dalam mempelajari proses dimana manusia dididiki dan mendidik, atau menjalani proses pendidikan, para ahli telah berusaha untuk menelusuri dan menelitinya, dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendiidkan tersebut, menyimpulkan bahwa akar dari pada perkembangan pendidikan manusia yang terjadi secara terus menerus dari generasi ke generasi yaitu berawal dari kebudayaan, dan hal ini ditelusuri secara berkesinambungan oleh para ahli dengan menggunakan pendekatan yang berdasarkan pada kajian-kanjian antropologi, dan dari pendekatan yang berdasarkan pada kajian-kanjian antropologi tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung sepanajng zaman, melainkan akan meningkat dari zaman ke zaman.




PEMBAHASAN

A. Manusia dan Pendidikan
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang exsistensi kehidupan manusia. Secara teoritis banyak yang berpendapat bahwa pendidikan bagi manusia berlangsung sejak 25 tahun sebelum kelahiran. Artinya bahwa sebelum menikah, manusia berkewajiban mendidik diri sendiri terlebih dahulu seblum mendidik anak keturunannya. Secara praktis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahkan masih dalam kandungan, (Suparlan Suhartono, 2009:76).
Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk pribadi, social dan mahluk Tuhan. Proses hidup manusia adalah proses perkembangan yang berlangsung dalam satu komunitas yaitu masyarakat, oleh karena manusia dituntut untuk hidup pada lingkungannya, maka manusia memiliki masa perkembangan belajar yang lama. Untuk menelusuri, apakah dan siapakah manusia itu, sejak manusia ada samapai saat ini, persoalan tersebut belum terjawab secara tuntas. Banyak hal secara parsial yang bersangkutan dengan manusia sudah diketahui secara pasti, tetapi secara utuh dan menyeluruh banyak persoalan yang belum diketahui secara konkret, jelas dan pasti. Hal-hal yang fisis kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi hal-hal yang spiritual kualitatif masih tetap tertinggal sebagai misteri.
Siapa pun tahu bahwa asal mula kehidupan ini adalah Tuhan, dan semua manusia bertujuan untuk kembali kepada-Nya. Tetapi tampaknya hampir semua orang jika kesempatan memungkinkan, cenderung melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan. Siapa pun tahu bahwa melakukan perbuatan tertentu yang mengakibatkan banyak orang menderita adalah merusak nilai kemanusiaan. Tetapi fakta membutikan bahwa perilaku negativ seperti ini senantiasa mewarnai kehidupan manusia sehari-hari. Hal tersebut mengartikan bahwa pengetahuan manusia belum terhubungkan secara kausalistik-fungsional dengan realitas konkret perilaku sehari-hari (Louis Kattsolf, 1987).
Dari kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku tersebut, muncullah upaya untuk mempertemukannya, yaitu melalui pendidikan. Sepanjang eksistensinya, manusia senantiasa berusaha mendidik dirinya dengan mencari dan menemukan keselarasan antara pengetahuan dengan perilakunya, meski sampai saat ini belum sepenuhnya berhasil. Menurut Fuad Hasan, (2009) bahwa di dalam konteks pendidikan, manusia adalah mahluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek dia selalu mendidik dirinya sendiri, dan sebagai objek untuk perbaikan perilakunya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan melekat erat dalam diri manusia sepanjang zaman.

B. Falsafah Kehidupan Manusia
Berbeda dengan mahluk lainnya, manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa, untuk itu menurut Suparlan Suhartono, (2009:53) cipta adalah kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran, rasa adalah kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai keindahan, sedangkan karsa adalah kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan.
Dengan ketiga potensinya tersebut, manusia selalu terdorong untuk ingin tahu dan bahkan mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan serta kebaikan yang terkandung dalam segala sesuatu yang ada (realitas). Ketiga jenis nilai tersebut menurut Paulus Wirutomo (2009) di bingkai dalam satu ikatan system untuk dijadikan landasan dasar sebagai pedoman hidup, mengatur sikap dan perilaku agar senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup, ikatan system tersebut yaitu filsafat hidup.
Filsafat hidup mengandung pengetahuan yang bernilai universal, meliputi masalah-masalah asal mula, tujuan dan eksistensi kehidupannya, dikatakan demikian karena tujuan kehidupan manusia yang sebenarnya untuk menentukan jenis, bentuk dan sifat perilaku hidup.
Pedoman hidup adalah pengetahuan umum yang khusus dijadikan suatu prinsip yang dianggap benar, karena sesuai dengan hakikat asal mula dan berguna bagi pencapaian tujuan kehidupan. Dengan demikian pedoman hidup adalah suatu wujud filsafat hidup, yang berfungsi sebagai landasan perilaku sehari-hari. Sedangkan sikap dan perilaku manusia adalah pengetahuan khusus dan konkret berupa langkah kehidupan yang ditentukan sepenuhnya oleh pedoman hidup.
Ketiga pengetahuan benar tentang filsafat hidup, pedoman hidup dan sikap perilaku hidup tersebut, selanjutnya dijadikan objek atau sasaran pendidikan sepanjang masa.

C. Manusia Makhluk Berpendidikan
Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan pengetahuannya di dalam perilaku sehari-hari. Dalam perilaku sehari-hari, pengetahuan manusia berubah menjadi moral, dan kemudian menjadi etika kehidupan, dengan demikian hakikat perilaku tersebut berupa kecenderungan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup sepenuhnya. Sedangkan tanggung jawab yang dimaksudkan berbentuk nilai keadilan, yaitu adil terhadap diri sendiri, terhadap sesame manusia, dan lebih-lebih adil terhadap alam dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung.
Sejak lahir manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Manusia dirawat, dilatih dan dididik oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai akhirnya terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya. Kegiatan dan pembelajaran tersebut pada awalnya diselenggarakan dengan cara-cara yang bersifat konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai dengan cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional atau melalui pendidikan sekolah (Anita Lie, 2009).

D. Manusia Makhluk Berkebudayaan
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara terus menerus, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai baik yang universal abstrak, teoritis, maupun yang praktis. Nilai kebenaran ini selanjutnya mendorong terbentuknya sikap perilaku arif dan berkeadilan. Lebih lanjut, dengan sikap dan perilaku tersebut manusia membangun kebudayaan dan peradabannya. Kebudayaan baik yang material ataupun spiritual, adalah upaya manusia untuk mengubah dan membangun keterhubungan berimbang baik secara sesama manusia atau makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa (horizontal), maupun dengan Yang Maha Kuasa itu sendiri (vertikal) (Suparlan Suhartono, 2009:59).
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada manusia dibangun dan berlangsung secara baik dan benar berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh manusia.



PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik, karena dalam kehidupan sehari-harinya manusia selalu ingin melakukan berbagai macam perubahan dan peningkatan kualitas hidupnya, dengan alasan inilah maka manusia senantiasa perlu untuk dididiki dan mendidik, dan hal tersebut berlangsung di tengah-tengah kehidupan manusia serta berdasarkan perkembangan budaya yang telah menyatu dengan manusia itu sendiri. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah pengembangan potensi manusia, khsusunya potensi yang bertujuan untuk peningkatan intelektual manusia.





DAFTAR PUSTAKA


Anita Lie, 2009, Pendidikan Dalam Dinamika Globalisasi, Internet: www.kompas.com

Fuad Hasan, 2009, Pendidikan dan Kebudayaan, Internet: http://en.wikipedia.org

Louis Kattsolf, 1987, Pengantar Ilmu Filsafat, Jogjakarta: Tiara Wacana

Paulus Wirutomo, 2009, Manusia Dalam Kebudayaan, Internet: www.kompas.com

Suparlan Suhartono, 2009, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: PT Ar-Ruzz Media

PROFESI KEPENDIDIKAN

PROFESI KEPENDIDIKAN

APA...?

1. Menurut Ornstein &Levine bahwa profesi adalah jabatan sepanjang hayat, memrlukan ilmu & keterampilan, menggunakan hasil penelitian & aplikasi teori ke praktek, memerlukan pelatian khusus, mempunyai persyaratan masuk, mempunyai otonami dalam ruang lingkup kerjanya, bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil, mempunyai komitmen terhadap jabatan & klien, menggunakan administrator, mempunyai organisasi yang dikelola anggota profesi, mempunyai kode etik, memiliki kepercayaan publik yang tinggi, mempunyai status sosial yang tinggi, ada kelompok elit untuk menilai keberhasilan.
2. Profesimerupakansuatupekerjaan yang membutuhkan dan mengandalkanketerampilanmaupun keahliankhusus
3. Profesimerupakanbagiandaripekerjaan, namuntidaksetiappekerjaanadalahprofesi

BAGAIMANA...?
SYARAT:
Memiliki dan Menguasaiilmubidang profesinya
Mampumengkonversiilmumenjadiketerampilan
Menjunjungtinggietikadanintegritasprofesi

LEBIH JELASNYA:
1. MEMILIKI SPESIALISASI ILMU
2. MEMILIKI KODE ETIK DALAM MENJALANKAN PROFESI
3. MEMILIKI ORGANISASI PROFESI
4. DIAKUI MASYARAKAT
5. SEBAGAI PANGGILAN HIDUP
6. DILENGKAPI KECAKAPAN DIAGNOSTIK
7. MEMPUNYAI KLIEN YANG JELAS

UNTUK APA..?
Wujudprofesi dlm unit kerjamemilikitujuan antra lain yaitu:
a. pemenuhankebutuhanhidup
b. mengurangitingkatpengangguran/kriminalitas
c. melayanisesame

DETAILNYA:
1. Profesi merupakan pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi dalam bidang keahlian tertentu, minimal 4 tahun sesudah SLA, yang ditekankan pada pekerjaan mental
2. Suatu profesi didukung oleh empat pilar utama, yaitu: knowledge, ability, academic preparation, and recognition. Artinya Bahwa Hal tersebutakan melindungi profesi dari malpraktik
3. Layanan profesi diukur dari tingkat kepuasan customers

KEDUDUKAN GURU
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
2. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional
3. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional

PERKEMBANGAN PROFESI KEGURUAN
Pada mulanya di zaman penjajahan Belandan guru diangkat dari guru-guru lulusan sekolah guru(Kwekschool) yang pertama kali didirikan pertama kali di Solo tahun 1852.

karena kebutuhan guru yang semakin mendesak maka pemerintah Hindia Belanda mengangkat 5 macam guru yaitu:
1. guru lulusan sekolah guru
2. bukan lulusan sekolah guru tapi lulus pada seleksi untuk menjadi tenaga pendidikan
3. guru bantu (yang lulus seleksi guru bantu)
4. guru dari warga yang pernah mengecap pendidikan

PENGERTIAN DAN SYARAT-SYARAT PROFESI KEGURUAN
kriteria jabatan Guru National Menurut Association of Education(NEA) yaitu:
1. melibatkan kegiatan intelektual
2. menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
3. memerlukan persiapan profesional yang lama
4. memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5. menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
6. menetukan standarnya sendiri
7. lebih memntingkan layanan diatas keuntungan sendiri
8. mempunyai organisasi yang kuat dan terjalin erat

KODE ETIK PROFESI KEGURUAN
1. Menurut undng-undang nomor 8 tahun 1974tentang pokok kepegawaian. Dari pasal 28 dapat disimpulkan bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.
2. Kode etik guru Indonesia dirumuskan sebagai himpunan norma dan nilai-nilai profesi guru yang tersusun secara sistematis dalam suatu sistem yang bulat. Fungsinya adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku dalam menunaikan pengabdiannya.
Tujuan Kode Etik
1. untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. untuk menjaga dan memeihara kesejahteraan para anggotanya
3. untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. untuk meningkatkan mutu profesi
5. untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Penerapan Kode Etik:
kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat anggotanya. Penetapan kode etik dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik:
sanksi bagi pelanggar kode etik adalah sanksi moral( dicela, dikucilkan), sedangkan bagi pelanggar berat dapat dikeluarkan dari organisasi. Adanya kode etik menandakan bahwa organisasi profesi sudah mantap.

Kode Etik Guru Indonesia:
Kode etik guru Indonesia dirumuskan sebagai himpunan norma dan nilai-nilai profesi guru yang tersusun secara sistematis dalam suatu sistem yang bulat. Fungsinya adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku dalam menunaikan pengabdiannya.


ORGANISASI PROFESIONAL KEGURUAN
Fungsi Organisasi Profesional Keguruan:
Di indonesia dikenal yang didirika di Surakarta 25 November 1945. Salah satu tujuannya adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka.(Basuni, 1986).

Jenis-jenis Organisasi Keguruan
Di indonesia dikenal beberapa organisasi keguruan di antaranya:
1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP)
2. PGRI
3. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia(ISPI)
4. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia(IPBI)

SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN
1. Stop Dreaming Start Action PROFESI KEPENDIDIKAN

A.PENGERTIAN
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.

B.SASARAN SIKAP PROFESIONAL

1.Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan

Salah satu butir Kode Etik Guru indonesia:”guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”(PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan di negara kita di pegang oleh pemerintah yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kebijakan pusat maupun daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita.

2.Sikap Terhadap Organisasi Profesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Selain itu dalam butir keenam dari Kode Etik dinyatan bahwa Guru “ secara pribadi maupun bersama-sama,mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

3.Sikap Tehadap Teman Sejawat

Dalam ayat 7 Kode Etik Guru:”Guru memlihara hubungan seprofesi, semangat kekluargaan, dan kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa:
a.guru menciptakan dan memlihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya.
b.Guru menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial diluar maupun dalam lingkungan kerjanya.

4.Sikap Tehadap Anak Didik

Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila(Kode Etik Guru Indonesia). Guru herus membimbing anak didikya.

5.Sikap Terhadap Tempat Kerjanya

Suasana yang baik di di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Untuk itu “guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar”(kode etik). Selain itu guru juga membina hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat sekitar.

6.Sikap Terhadap Pemimpin

Sikap seorang guru terhadap pemimpin ahrus positif, dalam pengertian ahrus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik disekolah maupun di luar sekolah.

7.Sikap Terhadap Pekerjaan

Seorang guru hendaknya mencintai pekerjaannya dengan sepenuh hati. Melaksanakan tugas melayani dengan penuh ketlatenan dan kesabaran.


C.PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL

1.Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan

Giru memiliki tugas yang unik yakni selalu menjadi panutan bagi siswanya dan bahkan bagi masyrakat sekitar. Untuk membentu sikap yang baik, di dalam lembaga pendidikan guru calon guru di ajarkan keterampilan dan sikap profesional.

2.Pengembangan Sikap Selama Dalam Jabatan

Peningkatan yang dapat dilakukan secara formal yaitu melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Sedangkan secara informal dapat melalui media massa televisi, radio, koran, dll.

Senin, 05 Maret 2012

ABSTRAK (PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR EDUCABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM KETANGKASAN SISWA KELAS III SD

SARI


Zulkifli A. Lamusu, (2011): Pengaruh Model Pembelajaran dan Motor EducabilityTerhadap Hasil Belajar Senam Ketangkasan Siswa Kelas III Sekolah Dasar (Studi Eksperimen Di SDN 20 Kec. Dungingi Kota Gorontalo dan SDN 30 Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo). Tesis, Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I. Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd, Pembimbing II. Dr. Soekardi, M.Pd.
Kata kunci: Model Pembelajaran, Tingkat Motor Educability, Hasil Belajar Senam Ketangkasan

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui perbedaan pengaruh hasil belajar anatara model pembelajaran pendekatan pola gerak dominan dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar senam ketangkasan, 2) untuk mengetahui perbedaan pengaruh hasil belajar antara siswa yang memiliki motor educabilitytinggi dan siswa yang memiliki motor educabilityterhadap hasil belajar senam ketangkasan, dan 3) untuk mengetahui interaksi model pembelajaran dan motor educabilityterhadap hasil belajar senam ketangkasan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III sekolah dasar, dan selanjutnya sampel dalam penelitian ini adalah siswa SDN 20 Kec. Dungingi Kota Gorontalo dan SDN 30 Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik total sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Teknik analisis data yang digunakan adalah Anova pada taraf signifikan a=0,05. Tes hasil belajar senam ketangkasan menggunakan model penilaian berskala (rating scale).
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: 1) hasil pengujian untuk perbedaan pengaruh antara model pembelajaran terhadap hasil belajar senam siswa diperoleh data yaitu: nilai F-hitung sebesar 84.202 dengan nilai signifikansi sebesar 0.0000. Sedangkan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% dengan df1 = (a–1) = (2–1) =1 dan df2= ab (r– 1) = (2*2) (15–1) = 56 adalah sebesar , hal ini berarti bahwa hasil pengamatan dan pengujian secara statistik mendukung pernyataan, dengan demikian maka hipotesis ini diterima. 2) hasil pengujian pengaruh motor educabilityyang dimiliki terhadap hasil belajar senam siswadiperoleh data yaitu:F-hitung sebesar 25.781 dengan nilai signifikansi sebesar 0.0000. Sedangkan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% dengan df1 = (a–1) = (2–1) =1 dan df2= ab (r– 1) = (2*2) (15–1) = 56 adalah sebesar , hal ini berarti bahwa hasil pengamatan dan pengujian secara statistik mendukung pernyataan, dengan demikian maka hipotesis ini diterima. 3) Hasil pengujian ada interaksi antara model pembelajaran dengan motor educabilityyang dimiliki siswa terhadap hasil belajar senam diperoleh data yaitu: F-hitung sebesar 4.326 dengan nilai signifikansi sebesar 0.0000. Sedangkan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% dengan df1 = (a–1) = (2–1) =1 dan df2= ab (r– 1) = (2*2) (15–1) = 56 adalah sebesar , hal ini berarti bahwa hasil pengamatan dan pengujian secara statistik mendukung pernyataan, dengan demikian maka hipotesis ini diterima.

Berdasarkan hasil penelitian dan 1) Disarankan agar dalam meningkatkan penguasaan keterampilan dasar senam ketangkasan, maka perlu menerapkan model pembelajaran pendekatan pola gerak dominan dalam membelajarkan senam ketangkasan khusunya pada siswa kelas III sekolah dasar, 2) Disarankan bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan untuk menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran pendekatan pola gerak dominan dalam proses pembeajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar, 3) Guna mencapai hasil belajar senam ketangkasan yang lebih baik, maka disarankan kepada para guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat memilih model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien serta disesuaikan dengan karakteristik siswa dan juga waktu belajar yang telah dijadwalkan, di samping itu memotivasi siswa yang hasil belajarnya masih kurang baik. Dengan cara demikian, maka guru akan dapat menyaksikan siswanya mencapai penguasaan keterampilan yang maksimal, 4) Untuk meningkatkan hasil belajar senam ketangkasan siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar, di samping model pembelajaran pendekatan pola gerak dominan dapat juga diterapkan model pembelajaran yang sifatnya terpusat pada guru atau konvensional.



Senin, 11 Mei 2009

Beberapa Tinjauan Baru Sebagai Alternatif Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia

Beberapa Tinjauan Baru Sebagai Alternatif Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia
"ZULKIFLI A. LAMUSU


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diantara kemajuan yang paling menonjol dalam setiap bidang keilmuan dewasa ini adalah teknologi, “teknologi” siapa yang tidak mengenal, mengetahui, dan menikmatinya. Suatu inovasi yang terus-menerus dan tiada henti dikembangkan para ilmuan di era globalisasi saat ini telah banyak memberikan manfaat bagi kita semua.
Sama halnya pada olahraga, di mana dalam pengembangan keilmuannya merupakan inovasi dari pada teknologi, karena fakta membuktikan dimana fenomena yang terjadi sejak dulu hingga saat ini dalam dunia olahraga telah melibatkan unsur-unsur pengembangan ilmu teknologi (IPTEK), dikatakan demikian karena teknologi adalah salah satu alternativ pendukung dalam mengukur kemajuan pembangunan di bidang olahraga. Dengan alasan inilah tak heran jika dari beberapa isu mengenai ilmu-ilmu olahraga hingga kajian-kajian dalam ilmu keolahragaan saat ini telah memposisikan teknologi pada urutan awal sebagai kajian utama dalam mengukur serta mengembangkan olahraga.
Tidak lepas dari kaitannya dengan teknologi, Indonesia merupakan salah satu Negara pengguna teknologi dengan tujuan mengedepankan olahraga walaupun dalam keadaan yang terbatas, menyadari hal ini perlu kita ingat secara bersama bahwa walaupun kita sebagai Negara yang telah mengimpor alat-alat olahraga berteknologi dari Negara lain tetap masih sulit untuk dapat membangun dan mengedepankan olahraga di negera kita, terbukti bahwa pada setiap event olahraga yang berskala internasional prestasi atlet Indonesia masih sangat perlu untuk diperhatikan secara bersama.
Dengan kondisi seperti ini, tak heran jika olahraga di negara kita penuh dengan masalah dan silang pendapat untuk mencari jalan keluar dalam menemukan ide-ide baru demi mengedepankan olahraga. Walaupun beragam macam masalah mengenai olahraga yang terjadi saat ini di Negara kita sedikitnya tidak merubah kesadaran para atlet dalam menjunjung nilai sportivitas pada setiap kompetsi berskala internasional, hal ini dapat diperhatikan yang mana atlet-atlet kita jarang terdengan bersaing secara tidak sehat untuk menjadi juara. Hal ini patut kita banggakan, tetapi apakah dalam mengukur pembangunan olahraga di Negara kita selamanya mengedepankan atau mengutamakan dari segi perolehan medali. Jika jawabannya adalah iya, apakah atlet di Negara kita selama beberapa tahun ini telah menampakkan peningkatan prestasinya pada setiap kompetisi olahraga internasional. Dan apabila jawabannya tidak, ide-ide atau jalan keluar seperti apa yang harus kita lakukan dalam mengukur pembangunan olahraga di Negara kita.
Bertitik tolak dari uraian di atas, menggambarkan dimana kondisi olahraga yang ada di Indonesia perlu ditinjau untuk mencari solusi yang sederhana untuk dapat membangun system keolahragaan yang ada.


II. PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Olahraga Di Indonesia
1. Permasalahan Olahraga Di Indonesia
Tak dapat dipungkiri bahwa olahraga di Negara kita diterpa oleh beragam macam masalah, dan bahkan di era krisis global saat ini masalah demi masalah dalam membangun olahraga di Indonesia semakin kompleks, terlebih lagi dengan krisis ekonomi yang boleh dikata sudah cukup lama melanda Negara ini. Dengan lemahnya perekonomian di Indonesia ternyata mempengaruhi sistem keolahragaan yang ada, pendek kata bahwa lemahnya perekonomian di Indonesia telah memperkecil anggaran untuk dana pembangunan olahraga, ini disinyalir dengan terbatasnya perhatian pemerintah untuk memberikan bantuan dana dalam memenuhi anggaran pembangunan olahraga, hal tersbeut dapat diperhatikan dimana pemerintah memberikan bantuan dana hanya terbatas pada beberapa cabang saja, dengan kondisi seperti ini maka akan mempengaruhi pembinaan serta prestasi olahraga yang ada.

PRESTASI

PEMBINAAN

PERMASALAHAN



2. Peninjauan Cabang Olahraga Yang Dikompetisikan Pada PON
Seiring dengan perubahan dan tantangan dalam perkembangan zaman saat ini, ide-ide baru untuk membangun, mengedepankan, menciptakan dan mengadakan perubahan dalam dunia olahraga semakin marak, khususnya di Indonesia dalam konteks PON banyak perubahan dan penciptaan olahraga baru untuk dikompetisikan, beberapa cabang olahraga yang dikompetisikan pada PON sejak beberapa tahun kemarin perlu untuk dikaji bersama, karena ada beberapa cabang olahraga yang dimasukkan dalam PON tidak dalam jalur konteks pengertin olahraga yang sebenarnya, hal tersebut selaras dengan apa yang dikemukakan Lutan (1992) menurut pandangannya bahwa, dalam konteks PON sebenarnya banyak orang tak sependapat, misalnya mengapa aeromodeling dan catur disebut sebagai cabang olahraga, kondisi ini sebenarnya perlu dikaji secara bersama, artinya bahwa jika ke-dua cabang tersebut dipertandingkan pada kompetisi olahraga dalam Konteks PON, apakah memberikan sumbangsi yang sangat berharga tentang makna olahraga sebenarnya, dan apakah prestasi atlet dalam cabang olahraga yang dimaksud dapat dibina dan dikembangkan sampai pada kompetisi olahraga yang berstandar internasional (Olymiade), jawabannya tentu tidak, karena permaian yang dikatakan bagian dari pada cabang olahraga tersebut hanyalah ide-ide yang kurang mendasar bangsa kita dalam mengukur prestasinya melalui perolehan medali.

3. Peninjauan Prestasi Yang Pernah Diraih Indonesia
Dari uraian di atas jika kita sedikitnya mundur dan mengenang kembali masa-masa kejayaan dimana Indonesia sejak terjun pada Asian Games pertama tahun 1951di New Delhi, ini adalah tahap awal dalam mengukur kemampuan atlet Indonesia pada kompetisi se-Asia, tahap awal tersebut memang belum begitu menonjolkan prestasi para atlet Indonesia, akan tetapi pada Asian Games ke IV tahun 1962 di Jakarta, Indonesia tercatat sebagai urutan kedua dibelakang Jepang, (Siregar dalam Harsuki: 2003). Ini mengisyaratkan bahwa prestasi yang cukup gemilang tersebut meupakan wujud dari pada tanggung jawab bersama, dalam hal ini dukungan pemerintah saat itu merata di segala bidang, salah satunya yaitu bidang olahraga.

4. Keterpurukkan Olahraga Indonesia
Pada dasarnya banyak hal yang menyebabkan keterpurukkan kondisi olahraga di Indonesia, antara lain yang masih menjadi masalah klasik dan sering menghantui pembinaan-pembinaan olahraga di berbagai daerah selama ini yaitu minimnya fasilitas latihan. Belum lagi persoalan dana untuk pengadaan sarana serta peralatan-peralatan yang ditunjang oleh teknologi mutakhir menjadi kendala besar untuk membangun sistem keolahragan di Indonesia, Ini sebenarnya suatu alasan yang boleh dikata penyebabnya adalah faktor manejemen sistem keolahragaan di Indonesia yang amburadul, apabila faktor tersebut tidak perbaharui sejak dini, maka prestasi olahraga di Indonesia sulit untuk dikembangkan.
Ada sebuah hal unik yang perlu perhatikan jika kita mampu menanalogikan karakter bangsa dari olahraganya, yaitu minimnya prestasi olahraga kita saat ini ternyata berbanding lurus (seimbang) dengan minimya rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
Rasa kebangsaan masyarakat Indonesia jika dipikirkan telah berkurang disebabkan oleh pengaruh globalisasi. Dikatakan pengaruh globalisasi karena arus informasi yang begitu luas saat ini telah mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia. Sama halnya dalam olahraga, contoh kasusnya ditunjukkan oleh sejumlah Tim Nasional PSSI yang menolak masuk Pelatnas karena bayaran yang tak sepadan. Yang ke-dua adalah maraknya kasus kepindahan atlet ke propinsi lain demi mencari bayaran tinggi (Achmad Faris, 2009).
Pandangan di atas menggambarkan bahwa menurunnya rasa nasionalisme yang melekat pada insan-insan olahraga Indonesia hingga jajaran pengurus oraganisasi-organisasi olahraga dan beberapa elit politik saat ini mengakibatkan turunnya daya juang para atlet, dan sebagian insan olahraga tidak murni lagi dalam memperjuangkan prestasi olahraga nasional untuk nama Indonesia.

B. Memaknai Hakikat Olahraga
Menurut Harosno, (2008) bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup, pengertian ini memiliki makna filosofis dan jika dikaji bersama akan memberikan sedikit bayangan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan untuk membangun dan mengedepankan olahraga itu sendiri.
Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang dikenal sebagai kegiatan terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan, kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak, status, sosial, budaya atau derajat di masyarakat, hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Supandi, (1988) menurutnya bahwa asas olahraga bagi semua orang (sport for all) kini makin memasyarakat, dengan demikian maka saat ini olahraga telah merasuk ke tiap lapisan masyarakat, dan sebagai bagian dari budaya manusia. Pendek kata olahraga dilakukan dan menarik bagi semua orang tanpa memandang jenis ras, kepercayaan, politik dan geografi.
Berkenaan dengan gejala bahwa olahraga merupakan budaya universal, maka timbul pertanyaan yakni mengapa orang tertarik untuk berolahraga? Meskipun banyak teori yang mencoba untuk menjawab pertanyaan ini, namun tak satupun yang paling memuaskan, hal ini karena makna olahraga bagi setiap orang berbeda-beda. Contoh misalnya makna lari bagi pelari professional berbeda dengan makna lari bagi seorang pelari biasa pada pagi hari bertujuan sekedar untuk memelihara kesehatannya, namun jika ditelusuri lebih lanjut, yang mana hakikat keterlibatan seseorang dalam berolahraga yakni untuk memenuhi kebutuhannya baik sebagai individu maupun mahluk sosial (Supandi dalam Lutan,1992:32). Berbeda dengan negara kita, walaupun secara faktual masyarakatnya banyak yang mulai tertarik dan telah menyadari pentingnya olahraga bagi kehidupan, akan tetapi hal tersebut masih saja belum bisa membangun kondisi olahraga yang ada, hal ini di sadari bahwa sarana-prasarana serta fasilitas olahraga yang ada belum menunjang, dan sebagaian besar maysarakat kita mengasumsikan bahwa olahraga hanya sebatas kesenangan serta kebugaran semata.

C. Kesadaran Dalam Membangun Olahraga Dengan Tinjauan Sport Development Indeks
Sport Development Index (SDI) adalah istilah baru dalam olahraga Indonesia. Ini semacam metode pengukuran yang diklaim sebagai alternatif baru untuk mengukur kemajuan pembangunan olahraga. Untuk itu Menurut Cholik dan Maksum, (2007) SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar yaitu: (1) ruang terbuka yang tersedia untuk olahraga, (2) sumber daya manusia atau tenaga keolahragaan yang terlibat dalam kegiatan olahraga, (3) partisipasi warga masyarakat untuk melakukan olahraga secara teratur dan, (4) derajat kebugaran jasmani yang dicapai oleh masyarakat. Jika dibahasakan, maka SDI dapat diterjemahkan menjadi IPO (Indeks Pembangunan Olahraga). Alasan mengapa tidak digunakannya istilah IPO, karena istilah SDI dikenal luas di dalam komunitas olahraga, terutama para pengambil kebijakan olahraga, temasuk di dunia internasional.
Dalam berbagai referensi olahraga didefinisikan secara berbeda-beda, tergantung dari cara pandang yang digunakan. Menurut WHO, olahraga (dalam hal ini mengambil istilah physical activity) yaitu segala bentuk aktivitas gerak yang dilakukan setiap hari , termasuk bekerja, rekreasi, latihan, dan aktivita olahraga. Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 disebutkan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematik untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Dari dua definisi tersebut sekurang-kurangnya ada empat konsep dasar yang diambil yaitu: (1) aktivitas fisik, (2) ketekunan, (3) pencarian kesempurnaan, dan (4) keberanian mengambil resiko. Kesimpulannya bahwa, olahraga bukan untuk mencari kemenangan, tetapi sebagai instrument meraih kesempurnaan hidup, baik fisik, mental maupun sosial.
Piere de Coubertin dalam beberapa tulisannya menyatakan bahwa Olympic games bukan hanya ivent olahraga semata, tetapi merupakan inti dari gerakan sosial yang luas, dimana melalui kegiatan olahraga akan meningkatkan pengembangan kualitas sumber daya manusia dan saling pengertian secara internasional (International Olympic Comitte, 2002 dalam Cholik, 2009). Dari penjelasan tersebut jika di tinjau kembali nampaklah bahwa olahraga telah menjadi komeitmen bersama untuk diyakini sebagai salah satu instrument dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih baik.

D. Tinjauan Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia
Pada awalanya keberhasilan dalam pembangunan hanya diukur dengan satu indikator, yaitu pendapatan perkapita, Negara yang pendapatan perkapitanya tinggi dianggap sebagai Negara yang berhasil dalam pembangunan. Tetapi perlu disadari bahwa pembangunan bersifat multi faktor dan multi dimensi. Mungkin kurang bijaksana jika kita mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan hanya diukur dengan satu indikator.
Begitupun dalam olahraga, rasanya terlalu sederhana jika kita mengukur keberhasilan olahraga hanya dengan satu indikator, yaitu perolehan medali. Dengan demikian timbullah beragam macam pertanyaan tentang bagaimanakan mengukur keberhasilan pembangunan olahraga khususnya di Indonesia, apakah ada alternativ lain yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur keberhasilan pembangunan olahraga? Pertanyaan-pertanyaan yang boleh dikata telah terjawab oleh beberapa Negara yang berkembang dan telah maju, kini baru dimulai pada Negara kita.

E. Tinjauan Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang Sarana Olahraga dan Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk Melakukan Olahraga
1. Tinjauan Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang Sarana Olahraga
Sarana olahraga merupakan suatu wadah untuk melakukan aktivitas olahraga (Purnomohadi dalam Harsuki, 2003). Untuk itu sarana olahraga memang merupakan faktor utama dalam membangun kondisi olahraga, kita sadari bersama bahwa kondisi olahraga yang ada di Negara kita banyak masalah. Salah satu masalah yang sangat mendasar yaitu tentang kondisi sarana dan pra sarana olahraga yang kurang memnuhi standart. Jika kita melirik sedikit ke salah satu Negara di wilayah asia yang telah maju, yaitu China, Negara tersebut memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, untuk itu jika diperhatikan maka hal yang tidak mungkin apabila negara ini dapat membangun sarana atau fasilitas olahraga, akan tetapi diluar dari kenyataannya Negara tersebut mampu mendirikan Stadion olahraga berstandart internasional yang berteknologi mutakhir. Jika bandingkan dengan stadion kembanggan Bung Karno sangatlah jauh berbeda, akan tetapi sedikitnya dalam memperbaiki dan membangun kondisi olahraga kita, akan lebih baik jika diberbagai daerah mendirikan sarana olahraga walau hanya dalam kondisi sederhana.
Menurut Purnomohadi dalam Harsuki (2003) bahwa ketersediaan rata-rata lahan per-orang dari hasil survery secara acak mengenai sarana dan prasarana olahraga di dua daerah yang ada di Indoensia pada tahun 1993 yaitu:
- Dari wilayah DKI Jakarta diperoleh data dari :
Kecamatan Kembangan yaitu 0.33 m2/orang
Kecamatan Mampang Prapatan 0,12 m2/orang
Kecamatan Sawah Besar 0,24 m2/orang
Kalau dihitung rata-rata menjadi 0.23 m2/orang
- Di Wilayah DATI I Jawa Tengah diperoleh data :
Kecamatan Purwakarta Timur 1,75 m2/orang
Kecamatan Banjarsari Surakarta 0,36 m2/orang
Kecamatan Klepu Semarang 1,31 m2/orang
Kalau dihitung rata-rata menjadi 1.14 m2/orang
Di sini terlihat bahwa pada wilayah tiga kecamatan yang ada di Jakarta lebih sulit memperoleh lahan dari pada beberapa kecamatan yang ada di daerah Jawa Tengah.

2. Tinjauan Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk Melakukan Olahraga
Undang-undang nomor 3 Tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional menyebutkan bahwa pilar olahraga tidak hanya menyangkut olahraga prestasi, tetapi juga olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi, artinya dengan hanya mendasarkan pada medali sebagai ukuran keberhasilan kita telah menafikkan eksistensi olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi. Selain itu berdasarkan data nasional hasil sensus BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2003 menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan olahraga untuk tujuan prestasi di Indonesia adalah 7,8% dari total populasi. Sementara, sebagian besar masyarakat yaitu 65,2% melakukan olahraga untuk tujuan kesehatan, dan 27% untuk tujuan lainnya. Dengan demikian, tentu tidak adil manakala olahraga hanya diukur dari satu pilar saja, yakni olahraga prestasi dengan indikator perolehan medali, (Cholik dan Maksum, 2007).

F. Sport Development Indeks (SDI) Sebagai Alternatif Baru Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia
Seperti yang telah di uraikan di atas, jelas bahwa sistem keolahragaan yang ada di Negara kita saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, untuk itu dalam menata kembali kondisi olahraga, ada beberapa tinjauan sebagai alternativ yang telah dijadikan tolok ukur oleh para pakar untuk membangun kondisi olahraga di negara kita.
Salah satu tinjauan yang dijadikan alternativ tersebut adalah, membangun olahraga di Indonesia melalui Sport Development Indeks. Menurut Cholik dan Maksum (2007) bahwa SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar yaitu :
a) Ruang Terbuka
Ruang terbuka merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk melaukan aktivitas fisik. Keberadaan ruang terbuka olahraga yang mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat dapat mendorong terciptanya suatu masyarakat yang gemar berolahraga atau beraktivitas fisik
Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi kegiatan olahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk bangunan dan/atau lahan. Bangunan dan lahan tersebut dapat berupa lapangan olahraga yang standar atau tidak, yang tertutup (in-dor) maupun terbuka (out-dor), atau berupa lahan yang memang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga masyarakat.
Untuk dapat dikatakan sebagai ruang terbuka olahraga harus memenuhi syarat-syarat sebagai antara lain, ruang terbuka tersebut (1) didesain untuk olahraga (2) digunakan untuk olahraga (3) bisa diakses oleh masyarakat luas.
b) Sumber Daya Manusia (SDM)
Dinamika kegiatan kelahragaan akan sangat ditentukan oleh SDM yang menggerakkan roda kegiatan. Pengembangan SDM ini sudah mengalami perubahan yang sangat berarti seiring dengan anggapan dasar yang berbeda. Dahulu SDM dianggap sebagai tenaga kerja yang diset untuk efisiensi prodeksi, sehingga fungsinya sebagai instrument. Sedangkan saat iniSDM ditempatkan sebagai modal kerja sehingga kemampuan, pengetahuan dan keterlibatannya dalam setiap pengambilan kebijakan lebih mendapat penekanan. Dengan demikian Sumber daya manusia dalam olahraga yang dimaksudkan mengacu pada ketersediaan pelatih olahraga, guru penjasor, dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu.
c) Partisipasi
Dari prespektif perorangan dikatakan bahwa, rendahnya tingkat partisipasi berolahraga disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1) kegiatan olahraga yang cenderung berorientasi pada peningkatan prestasi, sehingga membatasi partisipasi orang yang kurang berminat mengejar prestasi, (2) rendahnya derajat kesehatan atau kebugaran jasmani sehingga secara psikologis merasa tidak mampu, (3) tingkat ekonomi yang rendah sehingga tidak sanggup memenuhi pengeluaran minimal untuk melibatkan diri dalam kegiatan olahraga, (4) terkurasnya tenaga dan waktu akibat terlalu sibuk dalam pekerjaan, (5) belum adanya fasilitas olahraga di tempat-tempat umum yang meberikan akses kepada para penderita cacat, sehingga mereka tidak dapat memenuhi keinginannya bersama warga masyarakat lainnya.
Ditinjau dari prespektif sosial, dikatakan bahwa keterbatasan partisipasi disebabkan oleh (1) fanatisme paham yang menjatuhkan peluang wanita untuk berolahraga, (2) paham elitism yang menganggap olahraga sebagai kegiatan ekslusif yang semata-mata bertujuan untuk menaikkan prestice bangsa dan Negara di mata dunia internasional, (6) menganggap bahwa olahraga tidak mengandung unsur-unsur pendidika, disebabkan masih seringnya terjadi tindak kekerasan dalam olahraga.
Dari prespektif infrastruktur, kurangnya partisipasi masyarakat berolahraga disebabkan oleh (1) keterbatasan sarana, prasarana, dan ruang terbuka yang tersedia, (2) ketiadaan fasilitas khusus bagi penderita cacat fisik, (3) terbatasnya atau kurangnya dana pemerintah yang dialokasikan untuk kepentingan pemberdayaan olahraga rekreasi dan olahraga tradisional.
d) Kebugaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata berdampak pada pola aktivitas masyarakat. Peralatan yang serba otomatis seperti tangga elektronik dan remote control membuat orang relativ tidak melakukan aktivitas fisik. Hal yang sama telah melanda masyarakat yang ada di Indonesia, dimana kemutakhiran teknologi saat ini telah mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Survei Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa seiring dengan berjalannya waktu penyakit degenerativ seperti kardiovaskuler terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian.
Kondisi yang demikian tentu sangat memprihatinkan, sehingga bisa dibayangkan bagaimana produktivitas kerja masyarakat kita. Karena alasan inilah masyarakat Indonesia perlu untuk didorong untuk melakukan latihan-latihan jasmani, karena kebugaran jasmani yang prima hanya dapat dicapai melalui latihan fisik yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.
Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen fisik yaitu: (1) cardio-respiratory endurance yaitu daya tahan kardiovaskuler, (2) mascular endurance yaitu daya tahan otot, (3) strength muscle yaitu kekuatan otot, (4) muscular speed yaitu kecepatan otot dalam berkontraksi dan (5) flexibility yaitu kelentukan. Jadi jika seseorang memiliki kebugaran jasmani yang baik, maka dengan sendirinya akan memiliki kualitas komponen-komponen tersebut relative lebih baik.


III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengukur keberhasilan pembangunan tidak dengan menggunakan satu indikator, Begitupun dengan olahraga, rasanya kurang bijaksana jika kita mengatakan bahwa keberhasilan olahraga hanya diukur dengan satu indikator, yaitu perolehan medali. Karena itu dalam makalah ini tinjauan yang digunakan dalam mengukur pembangunan olahraga di Indonesia melalui Sport Development Indeks
Sport Development Index (SDI) adalah istilah baru dalam olahraga Indonesia. Ini semacam metode pengukuran yang diklaim sebagai alternatif baru untuk mengukur kemajuan pembangunan olahraga. Untuk itu keberhasilan pembangunan olahraga di suatu negara khususnya Indonesia harus diukur berdasarkan empat dimensi dalam lingkup kajian SDI yaitu: (1) ketersediaan ruang tebuka untuk olahraga, (2) partisipasi masyarakat, (3) sumber daya manusia, dan (4) tingkat kebugaran jasmani masyarakat. Dengan demikian maka pembangunan olahraga yang berhasil adalah mampu mendorong empat dimensi dasar tersebut untuk berkembang dan maju, dan pada ujungnya, barulah pembangunan olahraga ini mengerucut menjadi prestasi yang berbuah medali,''


DAFTAR PUSTAKA

Achmad Faris. (2009). Kemerdekaan Olahraga. Internet. www.ensiklopedia.com

Cholik. (2009). SDI Cara Baru Mengukur Kemajuan Olahraga. Internet. www.bolanews.com

Cholik dan Maksum. (2007). Sport Develompent Indeks (alternative Baru Mengukur Kemajuan Pembangunan Bidang Keolahragaan). Jakarta. PT. Indeks

Harsono. (2008). Teori Gerak Manusia. Internet. www.ensiklopedia.com

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini (Kajian Para Pakar). Jakarta. Raja Grafindo Persada

Lutan. (1992). Manusia dan Olahraga. Bandung. FPOK IKIP Bandung

Supandi. (1988). Sosiologi Olahraga. Bandung. FPOK IKIP Bandung