Kamis, 08 Maret 2012

MANUSIA DAN PENDIDIKAN

MANUSIA DAN PENDIDIKAN
"ZULKIFLI LAMUSU"

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Secara sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan adalah satu proses pendewasaan terhadap manusia, dikatakan demikian, karena dengan pendidikan manusia akan lebih bijaksana dalam berpikir, memandang dan menentukan masa depannya. Di samping itu banyak juga orang yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai kebudayaannya.
Istilah pendidikan, dalam bahasa Inggris “Education” berakar dari bahasa latin “Educare” yang dapat diartikan yaitu pembimbingan berkelanjutan (to lead forth). Jika diperluas maka secara epitemologis mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Berlangsungnya pendidikan pada manusia tertuju pada dua hal, yaitu ada yang dididik dan ada pula yang mendidik, kedua hal tersebut tercipta karena manusia mahluk unik yang dibentuk oleh tiga hal, yaitu cipta, rasa, dan karsa, dan ke tiga hal yang telah membentuk manusia menjadi mahluk berpendidikan tersebut, dimotori oleh yang namanya kebudayaan.
Kebudayaan pada intinya tidak lepas dari eksistensi manusia dalam mencari jati dirinya melalui proses pendidikan, karena kebudayaan adalah akar dari pembentukan karakter manusia dalam menjalani pendidikan.
Dalam mempelajari proses dimana manusia dididiki dan mendidik, atau menjalani proses pendidikan, para ahli telah berusaha untuk menelusuri dan menelitinya, dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendiidkan tersebut, menyimpulkan bahwa akar dari pada perkembangan pendidikan manusia yang terjadi secara terus menerus dari generasi ke generasi yaitu berawal dari kebudayaan, dan hal ini ditelusuri secara berkesinambungan oleh para ahli dengan menggunakan pendekatan yang berdasarkan pada kajian-kanjian antropologi, dan dari pendekatan yang berdasarkan pada kajian-kanjian antropologi tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung sepanajng zaman, melainkan akan meningkat dari zaman ke zaman.




PEMBAHASAN

A. Manusia dan Pendidikan
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang exsistensi kehidupan manusia. Secara teoritis banyak yang berpendapat bahwa pendidikan bagi manusia berlangsung sejak 25 tahun sebelum kelahiran. Artinya bahwa sebelum menikah, manusia berkewajiban mendidik diri sendiri terlebih dahulu seblum mendidik anak keturunannya. Secara praktis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahkan masih dalam kandungan, (Suparlan Suhartono, 2009:76).
Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk pribadi, social dan mahluk Tuhan. Proses hidup manusia adalah proses perkembangan yang berlangsung dalam satu komunitas yaitu masyarakat, oleh karena manusia dituntut untuk hidup pada lingkungannya, maka manusia memiliki masa perkembangan belajar yang lama. Untuk menelusuri, apakah dan siapakah manusia itu, sejak manusia ada samapai saat ini, persoalan tersebut belum terjawab secara tuntas. Banyak hal secara parsial yang bersangkutan dengan manusia sudah diketahui secara pasti, tetapi secara utuh dan menyeluruh banyak persoalan yang belum diketahui secara konkret, jelas dan pasti. Hal-hal yang fisis kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi hal-hal yang spiritual kualitatif masih tetap tertinggal sebagai misteri.
Siapa pun tahu bahwa asal mula kehidupan ini adalah Tuhan, dan semua manusia bertujuan untuk kembali kepada-Nya. Tetapi tampaknya hampir semua orang jika kesempatan memungkinkan, cenderung melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan. Siapa pun tahu bahwa melakukan perbuatan tertentu yang mengakibatkan banyak orang menderita adalah merusak nilai kemanusiaan. Tetapi fakta membutikan bahwa perilaku negativ seperti ini senantiasa mewarnai kehidupan manusia sehari-hari. Hal tersebut mengartikan bahwa pengetahuan manusia belum terhubungkan secara kausalistik-fungsional dengan realitas konkret perilaku sehari-hari (Louis Kattsolf, 1987).
Dari kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku tersebut, muncullah upaya untuk mempertemukannya, yaitu melalui pendidikan. Sepanjang eksistensinya, manusia senantiasa berusaha mendidik dirinya dengan mencari dan menemukan keselarasan antara pengetahuan dengan perilakunya, meski sampai saat ini belum sepenuhnya berhasil. Menurut Fuad Hasan, (2009) bahwa di dalam konteks pendidikan, manusia adalah mahluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek dia selalu mendidik dirinya sendiri, dan sebagai objek untuk perbaikan perilakunya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan melekat erat dalam diri manusia sepanjang zaman.

B. Falsafah Kehidupan Manusia
Berbeda dengan mahluk lainnya, manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa, untuk itu menurut Suparlan Suhartono, (2009:53) cipta adalah kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran, rasa adalah kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai keindahan, sedangkan karsa adalah kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan.
Dengan ketiga potensinya tersebut, manusia selalu terdorong untuk ingin tahu dan bahkan mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan serta kebaikan yang terkandung dalam segala sesuatu yang ada (realitas). Ketiga jenis nilai tersebut menurut Paulus Wirutomo (2009) di bingkai dalam satu ikatan system untuk dijadikan landasan dasar sebagai pedoman hidup, mengatur sikap dan perilaku agar senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup, ikatan system tersebut yaitu filsafat hidup.
Filsafat hidup mengandung pengetahuan yang bernilai universal, meliputi masalah-masalah asal mula, tujuan dan eksistensi kehidupannya, dikatakan demikian karena tujuan kehidupan manusia yang sebenarnya untuk menentukan jenis, bentuk dan sifat perilaku hidup.
Pedoman hidup adalah pengetahuan umum yang khusus dijadikan suatu prinsip yang dianggap benar, karena sesuai dengan hakikat asal mula dan berguna bagi pencapaian tujuan kehidupan. Dengan demikian pedoman hidup adalah suatu wujud filsafat hidup, yang berfungsi sebagai landasan perilaku sehari-hari. Sedangkan sikap dan perilaku manusia adalah pengetahuan khusus dan konkret berupa langkah kehidupan yang ditentukan sepenuhnya oleh pedoman hidup.
Ketiga pengetahuan benar tentang filsafat hidup, pedoman hidup dan sikap perilaku hidup tersebut, selanjutnya dijadikan objek atau sasaran pendidikan sepanjang masa.

C. Manusia Makhluk Berpendidikan
Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan pengetahuannya di dalam perilaku sehari-hari. Dalam perilaku sehari-hari, pengetahuan manusia berubah menjadi moral, dan kemudian menjadi etika kehidupan, dengan demikian hakikat perilaku tersebut berupa kecenderungan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup sepenuhnya. Sedangkan tanggung jawab yang dimaksudkan berbentuk nilai keadilan, yaitu adil terhadap diri sendiri, terhadap sesame manusia, dan lebih-lebih adil terhadap alam dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung.
Sejak lahir manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Manusia dirawat, dilatih dan dididik oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai akhirnya terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya. Kegiatan dan pembelajaran tersebut pada awalnya diselenggarakan dengan cara-cara yang bersifat konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai dengan cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional atau melalui pendidikan sekolah (Anita Lie, 2009).

D. Manusia Makhluk Berkebudayaan
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara terus menerus, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai baik yang universal abstrak, teoritis, maupun yang praktis. Nilai kebenaran ini selanjutnya mendorong terbentuknya sikap perilaku arif dan berkeadilan. Lebih lanjut, dengan sikap dan perilaku tersebut manusia membangun kebudayaan dan peradabannya. Kebudayaan baik yang material ataupun spiritual, adalah upaya manusia untuk mengubah dan membangun keterhubungan berimbang baik secara sesama manusia atau makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa (horizontal), maupun dengan Yang Maha Kuasa itu sendiri (vertikal) (Suparlan Suhartono, 2009:59).
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada manusia dibangun dan berlangsung secara baik dan benar berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh manusia.



PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik, karena dalam kehidupan sehari-harinya manusia selalu ingin melakukan berbagai macam perubahan dan peningkatan kualitas hidupnya, dengan alasan inilah maka manusia senantiasa perlu untuk dididiki dan mendidik, dan hal tersebut berlangsung di tengah-tengah kehidupan manusia serta berdasarkan perkembangan budaya yang telah menyatu dengan manusia itu sendiri. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah pengembangan potensi manusia, khsusunya potensi yang bertujuan untuk peningkatan intelektual manusia.





DAFTAR PUSTAKA


Anita Lie, 2009, Pendidikan Dalam Dinamika Globalisasi, Internet: www.kompas.com

Fuad Hasan, 2009, Pendidikan dan Kebudayaan, Internet: http://en.wikipedia.org

Louis Kattsolf, 1987, Pengantar Ilmu Filsafat, Jogjakarta: Tiara Wacana

Paulus Wirutomo, 2009, Manusia Dalam Kebudayaan, Internet: www.kompas.com

Suparlan Suhartono, 2009, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: PT Ar-Ruzz Media

Tidak ada komentar: